Pangkalpinang (Antaranews Babel) - Selama Agustus 2018, suhu udara di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung semakin panas dan disertai angin kencang, sehingga mengakibatkan ketersediaan sumber air bersih masyarakat menjadi menyusut.

Ancaman krisi air bersih pun mengintai warga, terutama yang tinggal di kawasan Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka dan Bangka Tengah.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kepulauan Babel Mikron Antariksa mengatakan saat ini pihaknya sudah mulai memasok kebutuhan air bersih warga di beberapa kelurahan dan desa di tiga kabupaten/kota tersebut.

Ancaman krisis air bersih terutama di Kota Pangkalpinang sebagai ibukota provinsi semakin nyata, karena debit air di sumber air bersih masyarakat mengalami penyusutan yang cukup tinggi.

Bahkan sebagian sumur, kolong atau bekas tambang bijih timah mengering. Sementara air sungai tidak bisa dimanfaatkan untuk memasak, mencuci dan kebutuhan lainnya, karena air payau dan sudah tercemar.

Tingkat pencemaran air sungai cukup parah, karena adanya aktivitas penambangan bijih timah di hulu.

Di sisi lain, kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai juga masih rendah. Alih fungsi daerah resapan air menjadi pemukiman juga cukup tinggi.

"Ini harus menjadi perhatian pemerintah daerah dalam mengatasi kekeringan dan krisis air bersih selama musim kemarau," ujar Mikron.

Oleh karena itu, BPBD mengusulkan agar pemerintah daerah membangun waduk skala besar untuk mengolah air payau menjadi tawar dalam mengatasi krisis air bersih selama musim kemarau.

Usulan ini menjadi penting mengingat wilayah ini tidak memiliki sumber air tanah untuk memenuhi kebutuhan air masyarakat yang semakin tinggi.

Selain itu, upaya laun yang harus digencarkan adalah sosialisasi untuk mengedukasi masyarakat agar menghentikan membuang sampah secara sembarangan dan membuang limbah domestik maupun detergen pada sumber air baku.

Menghentikan alih fungsi daerah resapan air juga sudah seharusnya dilakukan misalnya dengan menanam tanaman bermanfaat, karena pohon merupakan salah satu penyaring alam terbaik untuk menjaga kelestarian air bersih.

"Krisis air ini jelas bisa menimbulkan berbagai masalah sosial, kesehatan dan perekonomian masyarakat," kata Mikron.

BPBD Babel juga sudah menyiagakan dua unit mobil tangki air, untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat yang terdampak kekeringan selama musim kemarau.

"Kami berharap masyarakat melapor jika sudah mengalami krisis air bersih," kata Kepala Seksi Kedaruratan BPBD Kepulauan Babel, Aswin.

Dua unit mobil tangki air bersih ini memiliki kapasitas masing-masing 5.000 liter. Tentu dua unit mobil tangki belum cukup untuk memasok kebutuhan air masyarakat apabila terjadi krisis air secara serentak di daerah ini.

Oleh karena itu, pihaknya berkoordinasi dengan Dinas Sosial, TNI, Polri dan instansi terkait lainnya di kabupaten/kota dalam memasok kebutuhan air bersih masyarakat yang terdampak kekeringan selama musim kemarau pada 2018 yang cukup ekstrim.

Namun demikian, saat ini dua unit mobil tangki air tersebut masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air bersih warga Kelurahan Air Itam dan Sampur yang sudah mengalami krisis air bersih.

BPBD Babel memperkirakan daerah krisis air ini akan terus bertambah hingga puncak musim kemarau yang diperkirakan pada September 2018.

"Kita tidak memiliki sumber air abadi, sehingga potensi kekeringan di daerah ini tinggi. Selama ini masyarakat hanya mengandalkan sumur, kolong sebagai sumber air bersihnya," ujarnya.



Hemat air

Bupati Bangka, Tarmizi Saat meminta masyarakat di daerahnya untuk berhemat menggunakan air bersih karena sejumlah sumber air bersih mulai berkurang akibat musim kemarau.

Selama ini, sebagian besar masyarakat masih merasa acuh terhadap ketersediaan air bersih dan sumbernya, mereka menganggap air bersih sebagai hal biasa yang disediakan secara alami oleh alam.

Berbagai aktivitas sehari-hari dilakukan pada sumber air baku seperti mandi, cuci, kakus, bahkan sungai dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah terbesar dan gratis.

Masyarakat juga masih menganggap ketersediaan air bersih menjadi tanggung jawab pemerinta. Padahal sesungguhnya kesadaran dan rasa memiliki, bahwa menjaga ketersediaan air bersih merupakan tanggung jawab bersama.

"Perlu adanya kesadaran yang dimulai dari dari diri masyarakat sendiri untuk turut serta dalam menjaga kelestarian persediaan air bersih, karena manusia tidak dapat hidup tanpa air. Sudah sepatutnya kita harus peduli dan harus bisa bijaksana dalam menggunakan air," katanya.

Kepala Dinas Pertanian Provinsi Kepulauan Babel, Toni Batubara juga terus mengoptimalkan pemantauan daerah rawan kekeringan, guna mengantisipasi gagal panen padi selama musim kemarau di daerah itu.

Hasil pemantauan sementara, katanya, pihaknya belum menemukan dan menerima laporan lahan pertanian mengalami kekeringan yang akan merugikan petani.

Hasil koordinasi dan informasi dari BMKG, musim kemarau di Kepulauan Bangka Belitung masih diselingi hujan.

Meskipun ada lahan pertanian yang mengalami kekeringan, namun tidak separah kekeringan lahan pertanian di Pulau Jawa, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Bali dan daerah di selatan ekuator.

Namun demikian dalam mengantisipasi gagal panen selama musim kemarau tahun ini, pihaknya juga mengintensifkan koordinasi lintas sektor di lingkungan pemerintah provinsi, kabupaten/kota dan pihak terkait lainnya.

Kegiatan pemantauan penting dilakukan, karena pada Juli dan Agustus tahun ini masih banyak petani di Kabupaten Bangka, Bangka Selatan, Belitung yang melakukan penanaman padi.

Menurut Toni Batubara, meski kemarau tahun ini masih diselingi hujan, namun tetap memengaruhi ketersediaan air untuk lahan pertanian, mengingat sarana irigasi di daerah ini belum cukup memadai dan masih mengandalkan air kolong atau bekas tambang timah.

"Selama musim kemarau ini debit air kolong tentu juga mengalami penyusutan dan ini akan mengganggu distribusi air untuk lahan pertanian petani," ujar Toni.

Dinas Pertanian Provinsi Kepulauan Babel akan membagikan mesin pompa air kepada kelompok tani, guna mengatasi kekeringan lahan pertanian.

Menurut Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Provinsi Kepulauan Babel Heri, bantuan ini hanya dibagikan kepada kelompok petani di wilayah tertentu yang ?berpotensi mengalami kekeringan selama musim kemarau.

Menurut dia, kondisi kemarau tahun ini belum memengaruhi usaha pertanian petani, karena ketersediaan air masih mencukupi.

Bahkan sebagian petani sedang melakukan penanaman padi dan sayur mayur. Misalnya, petani di Kabupaten Bangka Selatan sedang melakukan penanaman padi dan sayur mayur, karena air di lahan pertanian di daerah itu menyusut selama musim kemarau ini.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan Kabupaten Bangka Selatan, Suhadi menurunkan tim gabungan dari Dinas Pertanian dan Dinas Pekerjaan Umum setempat guna mengatasi kekeringan lahan pertanian sawah di Desa Rias.

"Tim ini sebagai tindaklanjut laporan petani Desa Rias yang sudah mengalami kesulitas air untuk tanaman padinya," katanya.

Kekeringan sawah merupakan dampak dari masuk musim kemarau yang sudah berapa bulan terakhir melanda daerah itu, sehingga berefek kepada kekeringan lahan pertanian petani.

Warga pun berharap dengan diturunkan tim gabungan itu, masalah kekeringan di Desa Rias dapat cepat teratasi, sehingga gagal panen yang merugikan petani dapat dihindari.

Pewarta: Aprionis

Editor : Adhitya SM


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2018