Pengamat Ekonom  Institute Development of Economics and Finance (Indef) Bima Yudhistira menyatakan permintaan timah dunia mengalami peningkatan, sebagai dampak revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan kehadiran Internet of Things (IoT) yang pastinya semakin mendorong kebutuhan akan barang elektronik. 

"Meningkatnya kebutuhan barang elektronik secara langsung akan berdampak pada kebutuhan timah yang semakin tinggi," kata Bima Yudhistira di Pangkalpinang, Rabu. 

Menurut dia kebutuhan dan permintaan yang meningkat, otomatis harga timah juga akan naik. Tentu saja ini akan sangat menguntungkan Indonesia sebagai negara eksportir timah. Dalam menyongsong revolusi industri generasi ke-empat ini, yang perlu dilakukan pemerintah adalah mendorong hilirasasi industri sehingga timah yang diekspor sudah merupakan barang yang siap pakai. Oleh karena itu, dibutuhkan investasi yang cukup besar. 

Yang ke-dua adalah membenahi infrastruktur karena kendalanya saat ini biaya logistik yang cukup tinggi mencapai 24 persen dari PDB. Misalnya, dibangun pelabuhan-pelabuhan laut yang bisa memuat timah dalam kapasitas cukup besar," ujarnya.

"Perlu juga dilakukan pengadaan kapal sebagai penunjang industry timah karena sekarang 90 persen kita masih menggunakan kapal asing," ujarnya. 

Ia mengatakan di era ini, lanjut Bima, PT Timah Tbk. sebagai perusahaan BUMN harus mampu bersaing terutama dalam hal pengolahan timahnya.  Hal itu nantinya digunakan untuk mempercepat produksi secara konsisten. 

"PT Timah juga perlu melakukan efisiensi rantai pasok yang sebenarnya bisa disederhanakan dengan teknologi. Selain itu, harus dilakukan investasi capital expense (capex), dan memperluas pendanaan," katanya.

Bima menjyatakan dari sisi internal,  PT Timah perlu lebih melibatkan masyarakat misalnya melalui program corporate social responsibility yang lebih tepat sasaran. Dengan demikian, masyarakat akan lebih concern dan ikut berperan dalam pemenuhan kebutuhan timah dunia. 

"Tidak kalah penting adalah visi green mining atau teknologi ramah lingkungan. Sebab, ke depannya semua sektor akan mengarah ke sana," ujarnya. 

Sekretaris Perusahaan PT Timah Tbk. Amin Haris Sugiharto, menyatakan bahwa pihaknya siap bersaing di era Revolusi Industri 4.0. Amin juga sepakat soal perkiraan akan naiknya permintaan timah dunia seiring meningkatnya kebutuhan elektronik. 

"Kami sudah menyadari hal ini. Kami juga terus berupaya untuk menjadikan Indonesia sebagai negara eksportir timah nomor 1 di dunia. Saat ini, posisi kita masih berada di nomor 2 setelah China," katanya. 

Ia menyatakan hal ini dibuktikan pada ekspor yang dilakukan PT Timah  Tbk. sepanjang 2018 yang mencapai 33.250 Metrik Ton (M/T) atau naik 15 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar 28.732 M/T. 

"Kami juga telah melakukan penambahan alat pengolahan bijih timah untuk meningkatkan kadar Sn dari Ore sebelum dilebur untuk dilogamkan," ujarnya.  ***1***

 

Pewarta: Aprionis

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019