Pangkalpinang (ANTARA) - Di tengah perlambatan ekonomi dunia dampak COVID-19 rupanya tidak mempengaruhi ekspor komoditas lada putih Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang justru meningkat, sehingga pemerintah daerah menjadikan pendemi ini sebagai momentum kebangkitan rempah khas daerah itu di pasar dunia.
Setidaknya dalam dua bulan terakhir di tengah pendemi COVID-19, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah mengekspor 90 ton lada putih ke Jepang dan Amerika Serikat, 10.000 ton cangkang sawit ke Jepang dan 12 ton lidi nipah ke Nepal, sehingga telah berkontribusi meningkatkan devisa negara, daerah dan perekonomian masyarakat di negeri serumpun sebalai itu.
Peningkatan ekspor hasil perkebunan dan produk UMKM ke berbagai negara tersebut, Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bertekad akan mengembangkan komoditas porang, jahe merah, durian, nanas, manggis dan perikanan untuk memenuhi permintaan pasar dalam dan luar negeri yang tinggi.
"Pendemi COVID-19 ini momentum kita lebih fokus untuk meningkatkan produksi, kualitas dan ekspor komoditas perkebunan," kata Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Erzaldi Rosman Djohan di Pangkalpinang.
Ia mengatakan peningkatan ekspor komoditas perkebunan dan perikanan ini tidak lepas dari upaya pemerintah dalam memenuhi target peningkatan ekspor tiga kali lipat (gratieks) pada 2024 yang telah dicanangkan Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo. Oleh karena itu, Pemprov Kepulauan Bangka Belitung terus berupaya mendorong peningkatan ekspor melalui berbagai kebijakan dalam peningkatan produksi, nilai tambah dan berdaya saing di pasar dunia.
Selama ini, ekspor Bangka Belitung didominasi dari pertambangan bijih timah yang pada 2019 mencapai 80,19 persen, artinya kondisi ekonomi akan rentan ketika harga timah turun maka perekonomian masyarakat melesu.
"Lebih memfokuskan ekspor hasil perkebunan ini merupakan salah satu usaha kita agar kondisi ekonomi ketika ekspor dan harga timah dunia anjlok. Oleh karena itu, kita harus buat terobosan yang kuat, cepat, terarah, fokus dan muara ekspor produk nontimah," ujarnya.
Dalam meningkatkan stabilitas ekonomi di tengah pendemi COVID-19 ini, Pemerintah Provinsi Kepulauan Babel juga lebih meningkatkan jumlah KUMKM, komoditi pertanian, sampai kepada hilirisasi, perikanan, dan jika masyarakat butuh bantuan berupa fisik bisa dibantu oleh pemerintah, namun jika butuh modal bisa diarahkan ke Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Selain itu, meningkatkan infrastruktur pelabuhan agar ekspor komoditas perkebunan itu berskala besar dapat dilakukan langsung dari Bangka Belitung ke berbagai negara tujuan.
"Pengembangan pelabuhan ini tidak hanya untuk menggenjot ekspor, tetapi juga sebagai langkah pemerintah daerah wisata pesiar," kata Erzaldi.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo saat melepas ekspor 10.000 cangkang sawit Bangka meminta Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memfokuskan upaya peningkatan produksi dan ekspor komoditas pertanian, guna meningkatkan kesejahteraan petani di tengah pandemi COVID-19.
"Saya menyakini jalan keluar satu-satunya untuk mengembalikan perekonomian di tengah pandemi COVID-19 ini adalah melalui bidang pertanian," katanya.
Ia mengatakan pandemi COVID-19 memberikan dampak sosial ekonomi negara ini menjadi melemah hampir di seluruh bidang. Oleh sebab itu, Menteri Pertanian menyarankan kepada Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Erzaldi Rosman Djohan untuk konsentrasi di bidang pertanian.
"Hal ini sejalan dengan Kementerian Pertanian yang saat ini fokus pada peningkatan produksi dan ekspor komoditas pertanian untuk kesejahteraan petani," ujarnya.
Kembangkan fasilitas pelabuhan
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mempercepat pengembangan fasilitas Pelabuhan Belinyu Kabupaten Bangka, guna menggenjot wisata kapal pesiar dan ekspor komoditas daerah itu.
Ia mengatakan pada tahun ini, program pengembangan fasilitas Pelabuhan Belinyu seperti memperpanjang dermaga menjadi 175 meter, pengerukan alur pelayaran kapal dan pengeboman batu karang yang menjadi penghalang kapal berukuran besar di muara pelabuhan ini.
Pengembangan Pelabuhan Belinyu dilakukan di beberapa titik diantaranya pelebaran dan pedalaman alur di Perairan Teluk Kelabat yang hanya memiliki kedalaman alur kisaran 5,5 mean Low Water Springs (mLWS) hingga 6,5 mLWS dan kondisi ini masih terlalu dangkal dan sempit untuk dilalui kapal berukuran besar seperti kapal pesiar.
"Kita harapkan tahun depan, kapal-kapal pesiar dari berbagai mancanegara sudah mendarat dan bersandar di pelabuhan ini," ujarnya.
Menurut dia, pengembangan Pelabuhan Belinyu ini tidak hanya untuk meningkatkan kunjungan kapal-kapal pesiar, tetapi juga untuk meningkatkan ekspor komoditas-komoditas daerah ini ke berbagai manca negara.
"Apabila pembangunan pelabuhan ini selesai, tentu akan mempermudah ekspor lada, sawit, karet, perikanan dan komoditas daerah ini dari Babel ke negara tujuan, sehingga akan menambah devisa negara dan daerah ini," katanya.
Direktur Jenderal Perhubungan Laut Kemenhub Republik Indonesia, Agus Santoso mendukung peningkatan kapasitas pelabuhan dan alur pelayaran di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, guna mengoptimal konektivitas antarpulau dan ekspor komoditas khas daerah itu.
Ia mengatakan dalam mempercepat pembangunan pelabuhan di Bangka Belitung, apalagi Babel merupakan wilayah kepulauan maka dibutuhkan infrastruktur yang memadai untuk mewujudkan konektivitas antarpulau dan pelayanan ekspor komoditas khas daerah ini ke negara tujuan.
Kemenhub tidak hanya mendukung peningkatan kapasitas pelabuhan dan alur pelayaran, tetapi juga upaya pemerintah provinsi dalam membangun terminal khusus (tersus) dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS) yang berorientasi melayani keperluan ekspor.
Menurut dia dengan adanya terminal khusus (tersus) dan Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS), maka Babel dapat secara langsung mengekspor komoditas pertanian, perkebunan, perikanan dan produk khas daerah lainnya ke negara tujuan ekspor.
"Langkah ini tentunya akan meningkatkan pendapatan negara, daerah dan perekonomian masyarakat di daerah ini," katanya.
Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Kepulauan Babel, K.A. Tajuddin mengatakan dukungan Kementerian Perhubungan ini akan berdampak baik terhadap konektivitas antar pulau dan pelayanan ekspor langsung komoditi dari Babel ke negara tujuan.
Ia berharap dukungan ini tersebut, Pemprov Kepulauan Bangka Belitung dapat mengambil langkah dan program yang strategis dan mewujudkan peningkatan kapasitas pelabuhan dan alur pelayaran.
"Bangka Belitung sekarang ini tengah gencar-gencarnya melakukan ekspor komoditas pertanian berupa ekspor komoditas lada, cangkang sawit, serta lidi nipah ke luar negeri melalui pelayaran ke luar negeri," katanya.