Seoul (ANTARA) - Saham-saham Korea Selatan jatuh pada perdagangan Selasa pagi, tertekan penguatan dolar karena para pedagang bertaruh pada kenaikan suku bunga yang lebih agresif oleh Federal Reserve, sementara kasus varian virus corona Omicron yang lebih tinggi dan pembatasan pencegahan semakin melemahkan sentimen.
Indikator utama Bursa Efek Korea, Indeks Harga Saham Gabungan Korea (KOSPI) merosot 12,33 poin atau 0,41 persen menjadi diperdagangkan di 2.975,58 poin pada pukul 02.10 GMT, menyusul kenaikan 0,37 persen di hari pertama perdagangan tahun ini pada Senin (3/1/2021).
Di antara saham-saham kelas berat, raksasa teknologi Samsung Electronics melemah 0,13 persen, sementara perusahaan platform Naver kehilangan 2,53 persen.
Pasar uang telah sepenuhnya memperkirakan kenaikan suku bunga AS pertama pada Mei, dan dua lagi hingga akhir 2022, program FedWatch CME Group menunjukkan.
Kekhawatiran atas penyebaran cepat varian Omicron menyebabkan pembatasan preventif di sejumlah bisnis, termasuk beberapa bank besar AS yang mendorong staf mereka untuk bekerja dari rumah selama beberapa minggu pertama tahun ini.
Itu mengimbangi dukungan kuat dari Wall Street semalam, yang didorong oleh kenaikan kuat saham Apple dan Tesla.
Sementara itu, aktivitas pabrik China tumbuh pada laju tercepat dalam enam bulan pada Desember, sebuah survei swasta menunjukkan, tetapi itu tidak banyak membantu sentimen risiko.
Investor asing adalah pembeli bersih saham senilai 21,0 miliar won (17,58 juta dolar AS) di papan utama.
Won dikutip pada 1.194,9 per dolar di platform penyelesaian transaksi dalam negeri, turun 0,26 persen dari sehari sebelumnya.
Dalam perdagangan luar negeri, won dikutip pada 1.194,5, sedangkan dalam perdagangan non-deliverable forward, kontrak satu bulannya dikutip pada 1.195,1.
Di pasar uang dan utang, kontrak berjangka Maret pada obligasi pemerintah tiga tahun turun 0,08 poin menjadi 108,77. Sementara itu, imbal hasil obligasi pemerintah Korea 10-tahun yang dijadikan acuan naik 3,8 basis poin menjadi 2,361 persen.