"Karena tidak semua hal bisa kita kendalikan, jadi jika memang kebijakan tersebut membuat semakin cemas, tetaplah memegang protokol kesehatan," kata psikolog klinis dewasa dari Ikatan Psikolog Klinis wilayah Banten itu kepada ANTARA, Senin (23/5).
Mega Tala mengatakan, masyarakat sejak hampir tiga tahun terakhir berusaha berdamai dan berdampingan dengan pandemi COVID-19 dan salah satu yang dilakukan yakni menerapkan protokol kesehatan termasuk mengenakan masker di ruang publik.
Dalam upaya berdamai ini, menurut Mega, sebagian orang merasakan cemas dan kecemasan tersebut dapat meningkat seiring kebijakan pelonggaran pemakaian masker di area terbuka yang diumumkan Presiden Joko Widodo pada pekan lalu.
"Sebagian masyarakat yang masih sangat cemas menghadapi pandemi, justru menjadi semakin cemas dengan kebijakan ini. Orang-orang di sekitar saya pun masih ada, namun enggak banyak yang menjadi semakin cemas karena kebijakan ini," tutur dia.
Demi mencegah cemas khususnya bagi mereka yang merasa tidak nyaman dengan kebijakan itu, maka bisa tetap mengenakan masker walaupun di area terbuka agar diri sendiri merasa aman.
Di sisi lain, mereka juga sebaiknya menerima kenyataan bila nantinya banyak orang yang akan menerapkan kebijakan pelonggaran masker dan bahkan terkesan abai pada protokol kesehatan.
"Karena yang bisa dilakukan adalah mengendalikan diri sendiri, dan yang tidak bisa dilakukan adalah mengendalikan orang lain termasuk perilakunya dalam berprotokol kesehatan. Artinya, kita tidak bisa lagi memaksakan orang lain untuk mengikuti perilaku kita yang masih bermasker untuk menjaga keamanan diri sendiri," jelas Mega Tala.
Pada akhirnya, kata dia, masyarakat dapat tetap menjaga diri sendiri dan orang terdekat di antara kebijakan yang ada. Selain mengenakan masker khususnya di area publik termasuk di ruangan tertutup, juga bisa dengan mencuci tangan menggunakan air dan sabun secara rutin dan mendapatkan vaksin COVID-19.
"Jadi intinya bagi yang masih merasa cemas dengan kebijakan baru ini, ada baiknya tetap menerapkan protokol kesehatan di mana pun kapan pun sebagai upaya menurunkan kecemasannya dan merasa lebih aman," demikian pesan Mega Tala.
Terkait kecemasan yang muncul saat orang-orang mulai melepas masker, Profesor Penyakit Infeksi dan Pengobatan Perventif di Vanderbilt University Medical Center, Nashville, Tennessee, Dr. William Schaffner mengatakan ini hal yang normal.
Dia membandingkan kondisi ini dengan pasien yang dirawatnya di unit perawatan intensif dan dipantau terus-menerus. Ketika mereka membaik dan pindah ke ruangan biasa rumah sakit, mereka sering menjadi cemas.
Mungkin ada kecemasan jika mereka tidak dapat melihat atau mendengar bunyi detak jantung mereka secara teratur. Jadi, ada kecemasan transisi yang merupakan kombinasi dari kegembiraan karena mereka menjadi lebih baik. Tetapi khawatir karena mereka tidak dipantau dengan cermat," jelas Scaffner dikutip dari Healthline.
Tetap prokes atasi cemas di tengah pelonggaran masker
Selasa, 24 Mei 2022 8:55 WIB
Jakarta (ANTARA) - Psikolog Mega Tala Harimukthi menyarankan orang-orang yang masih khawatir dengan dirinya sendiri di tengah kebijakan pelonggaran pemakaian masker untuk tetap menjaga protokol kesehatan demi mengilangkan rasa cemas.