Mekkah (ANTARA) - Pelaksanaan haji 1443 Hijriah/2022 Masehi menjadi sangat ditunggu-tunggu oleh umat Islam seluruh dunia, termasuk Indonesia, setelah dua tahun Mekkah Al Mukarramah tertutup bagi warga luar Arab Saudi.
Pandemi COVID-19 menyebabkan tertundanya keberangkatan jamaah yang sudah menunggu bertahun-tahun untuk bisa menunaikan rukun Islam yang kelima.
Seperti Abdul Yadin Ahmad, calon haji dari Kabupaten Banjarnegara Provinsi Jawa Tengah. Ia mengaku sangat terharu akhirnya bisa menginjakkan kaki ke Tanah Suci.
Setiap kali ia melaksanakan tawaf di depan Ka'bah, saat itu pula air matanya tumpah.
"Saya melihat Ka'bah ini pasti menangis, ingat istri, anak dan orang tua," kata pria setengah baya itu dengan suara bergetar.
Sesekali tangannya mengusap air mata yang keluar. Ia teringat orang tua yang sedang sakit di kampung halaman, dan istri yang tidak bisa menemani berhaji.
"Ingat istri dan ingat orang tua saya lagi sakit stroke, mudah-mudahan orang tua saya cepat sembuh," kata Abdul yang ditemui di Masjidil Haram.
Untaian doa selalu dipanjatkan Abdul ketika bersimpuh di depan Ka'bah agar istri dan anak-anaknya juga dapat menunaikan ibadah haji, merasakan kesempurnaan sebagai Muslim dengan menyempurnakan rukun Islam.
Tidak muluk-muluk harapan yang ia panjatkan. Keinginannya hanya satu, agar ibadah haji yang dilaksanakan bisa diterima Allah SWT dan menjadi haji yang mabrur.
"Mudah-mudahan haji saya bisa diterima Allah SWT, saya bisa pulang ke Tanah Air ketemu sanak saudara dan keluarga," kata Abdul Yadin Ahmad.
Rasa haru juga dirasakan Annisa Khoirunnisa, calon haji dari Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat saat ditemui di Masjidil Haram.
Air matanya juga tumpah kali pertama melihat Ka'bah, ada rasa haru, bahagia yang bercampur aduk dalam dada.
Di rumah Allah SWT itu, ingatannya langsung kembali ke keluarga, terutama ibu yang sudah mendukung dan mendoakan hingga akhirnya Annisa dan suami bisa menjadi "Tamu Allah" ke Mekkah.
"Alhamdulillah ya Allah, pertama kali melihat Ka'bah saya menangis terharu dan pertama kali saya ke sini langsung ingat emak," kata Annisa yang sudah empat kali melaksanakan umrah di musim haji ini.
Berkat doa orang tua dan sanak keluarga, ia bisa beribadah dengan tenang dalam kondisi sehat di Arab Saudi, negeri yang jauh dari Tanah Air.
Tidak lupa ia mendoakan keluarga, terutama ketiga putri yang ditinggalkannya selama lebih dari sebulan di kampung halaman.
"Doa saya untuk keluarga, anak-anak saya, suami semoga bisa ke sini lagi sama keluarga sama anak-anak," ujarnya.
Rasa terima kasihnya tidak habis ia haturkan atas dukungan keluarga yang sudah mendoakan hingga ia dan suami bisa sampai ke Tanah suci, berada di titik saat ini, beribadah di depan Ka'bah.
Sang suami, Deni Iqbal Samsori juga merasakan haru yang sama. Selama 10 tahun menanti ditambah dua tahun tertunda akibat pandemi akhirnya ia bisa naik haji pada 2022.
Penantian panjang itu terbayar sudah setelah ia melihat dengan mata kepalanya sendiri, bangunan persegi yang menjadi kiblat seluruh umat Islam.
"Alhamdulillah bersyukur sekali kepada Allah SWT bisa berangkat ke sini, bahagia sekali soalnya dari sekian juta dari Indonesia hanya sebagian bisa datang ke sini, sangat terharu sekali," katar Deni.
Tak lupa ia panjatkan doa di depan Ka'bah agar orang-orang tersayang bisa ke Mekkah Al Mukarramah, bisa melaksanakan haji bersama-sama meski mungkin sulit terwujud jika melihat daftar tunggu haji yang lama.
Animo Muslim Indonesia untuk menunaikan ibadah haji sangat tinggi sehingga daftar tunggu haji cukup panjang.
Dalam Aplikasi Haji Pintar atau laman Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) menunjukkan data estimasi keberangkatan yang semakin lama. Beberapa provinsi bahkan masa tunggunya lebih dari 90 tahun.
Kasubdit Siskohat Ditjen PHU Hasan Afandi menjelaskan bahwa mundurnya estimasi keberangkatan disebabkan bilangan pembagi daftar tunggunya didasarkan pada kuota haji tahun berjalan.
Estimasi keberangkatan selalu menggunakan angka kuota tahun terakhir sebagai angka pembagi. Tahun ini kebetulan kuota haji Indonesia hanya 100.051 atau sekitar 46 persen dari kuota normal tahun-tahun sebelumnya.
Sebelum ada kepastian kuota penyelenggaraan haji 1443 H pada pertengahan Mei 2022, maka bilangan asumsi yang digunakan sebagai bilangan pembagi masih menggunakan kuota berdasarjan MoU penyelenggaraan haji 2020.
Pada akhirnya ada kebijakan membatalkan keberangkatan karena pandemi COVID-19, yaitu 210ribu.
Sejak ada kepastian bahwa kuota haji 1443 H adalah sekitar 100 ribu, maka bilangan pembaginya mengalami penyesuaian.
Estimasi ini akan terus berjalan sampai dengan adanya kepastian kuota haji pada tahun 1444 H/2023 M.
Jika kuota kembali normal, misalnya kembali ke 210 ribu atau bahkan lebih, maka estimasi keberangkatan akan mengalami penyesuaian.
Melihat panjangnya daftar tunggu haji itu, merupakan kebahagiaan yang tidak bisa ditukar dengan apapun ketika mendapat kesempatan diundang menjadi tamu Allah (duyufurrahman).
Para Duyufurrahman adalah orang-orang yang terpilih, maka manfaatkan kesempatan yang langka itu untuk fokus beribadah dengan tidak mengabaikan kesehatan agar sempurna ibadah hajinya dan kembali ke Tanah Air menjadi haji yang mabrur dan mabrurah.