Jakarta (ANTARA) - Dokter dari Puskesmas Kecamatan Kebon Jeruk dr. Muhammad Sany Armansah, MKK mengatakan wanita yang sudah menopause berisiko lebih tinggi terkena penyakit jantung dibandingkan wanita yang masih dalam usia subur.
"Wanita memiliki hormon estrogen yang dapat melindungi pembuluh darah. Tapi pada usia lanjut, sudah terjadi menopause, kadar estrogen turun dan ini jadi pemicu perempuan menderita penyakit jantung," kata Sany dalam acara kesehatan yang digelar virtual dipantau dari Jakarta, Jumat.
Dengan demikian, menurut Sany, baik pria maupun wanita sebenarnya memiliki risiko yang sama besarnya terhadap penyakit jantung. Jika pada laki-laki biasanya dipengaruhi oleh gaya hidup seperti kebiasaan merokok, maka pada perempuan risikonya akan meningkat jika sudah mengalami menopause.
"Laki-laki dan perempuan sebetulnya memiliki kesempatan yang sama besar untuk memiliki penyakit jantung. Jika dilihat misalnya faktor risikonya merokok. Laki-laki lebih banyak merokok, berarti laki-laki menderita penyakit jantung lebih banyak. Tapi ternyata tidak semata-mata demikian," tutur Sany.
"Pada usia produktif (subur), kadar estrogen dalam tubuh wanita membuat pembuluh darah lebih fleksibel sehingga aliran darahnya jauh lebih baik daripada laki-laki yang tidak memiliki estrogen. Tapi kan ketika sudah menopause, kadar estrogennya turun," sambungnya.
Selain itu, lanjut dia, perempuan yang mengonsumsi KB hormonal juga dapat memicu darah tinggi, yang pada akhirnya meningkatkan risiko terkena penyakit jantung.
Untuk itu, Sany menyarankan agar melakukan cek kesehatan secara rutin. Apalagi jika memiliki berbagai faktor risiko seperti darah tinggi, diabetes, merokok, konsumsi alkohol, obesitas, kolesterol tinggi, dan keturunan atau riwayat keluarga.
Ia juga menganjurkan untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan jika mengalami gejala khas seperti nyeri dada sebelah kiri yang menjalar ke lengan hingga leher, nafas pendek, hingga irama jantung yang terlalu cepat atau terlalu lambat.
"Ada dua macam pemeriksaan, invasif dan noninvasif. Tapi yang paling sering kita temui yang standar di pelayanan kesehatan adalah yang noninvasif, alatnya di luar, tidak dimasukkan ke dalam tubuh. Karena kalau yang invasif biasanya sudah spesialistik, dipegang oleh spesialis jantung dan pembuluh darah," kata Sany.
"Yang biasa kita temui di fasilitas kesehatan tingkat pertama yaitu di Puskesmas atau klinik, itu biasanya ada perekaman jantung atau elektrokardiogram (EKG). Dari situ hasilnya akan dibaca oleh dokternya apakah ada kelainan," tutup dia.
Berita Terkait
Cara olahraga yang tepat saat memasuki masa menopause
1 September 2024 20:25
Vaksin HPV picu menopause dini pada anak perempuan, benarkah?
13 Mei 2024 10:26
Perubahan pola makan dapat meringankan gejala menopause
12 Mei 2024 20:17
Waspada jika memiliki hiperkolesterol saat masuki masa menopause
21 April 2024 12:50
Wanita menopause dibolehkan beri organ intimnya minyak zaitun
30 November 2023 20:03
Kapan rata-rata wanita alami menopause?
17 Oktober 2023 20:09
Berhubungan intim lebih sering bisa tunda menopause?
27 November 2022 11:39
Kemenkes: wanita menopause dapat mengalami gangguan psikologis
19 Oktober 2022 14:45