Pangkalpinang (ANTARA) - Dinas Pertanian dan ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memastikan hewan ternak yang sakit akibat terinfeksi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sudah tidak ada lagi atau nihil.
"Berdasarkan data dari posko terpadu Penanganan PMK Provinsi Kepulauan Bangka Belitung hingga Selasa (21/02) tidak ada ada lagi penambahan kasus baru PMK di Babel," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Edi Romdhoni di Pangkalpinang, Jumat.
Ia mengatakan tidak adanya penambahan hewan yang tertular penyakit itu karena kerja keras tim medik yang terus mempersempit penyebaran PMK di daerah ini.
"Karena itu saya mengucapkan terimakasih kepada semua stakeholders terkait atas kerjasamanya dalam menangani PMK di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung," ujarnya.
Sebelumnya Posko Terpadu Penanganan PMK Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencatat total kasus PMK yang menjangkiti hewan ternak sebanyak 4.116 ekor. Sapi menjadi hewan yang paling banyak terinfeksi dengan jumlah 3.836 ekor sedangkan kambing sebanyak 280 ekor.
Sementara jumlah sapi yang mati akibat PMK hanya 39 ekor atau 1,02 persen dan kambing satu ekor atau 0,36 persen. Sedangkan jumlah ternak yang sembuh mencapai 3.957 dengan rincian 3.684 ekor sapi dan kambing sebanyak 273 ekor.
"Namun saat ini sapi dan kambing yang sakit akibat PMK sudah zero. Ini luar biasa," tandasnya.
Namun Edi mengingatkan tim medik dan peternak untuk tetap waspada karena PMK bukan satu-satunya tantangan dalam ranah kesehatan hewan. Masih banyak kemungkinan risiko penyakit hewan lain yang akan muncul selain PMK.
"Misalnya ancaman penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) pada ternak dan rabies pada hewan kesayangan juga harus kita cermati bersama. Dan hewan ternak yang berisiko menularkan penyakit harus menjadi perhatian dan prioritas.
"Untuk menjaga kemungkinan risiko penularan penyakit selain dengan mencegah dan mengobati juga harus dilakukan dengan pengawasan, pemasukan dan pengeluaran hewan atau produk asal hewan dari dalam dan ke luar Provinsi Kepulauan Bangka Belitung," tutup Edi.