Sungailiat (ANTARA) - Masyarakat anti fitnah Indonesia (Mafindo) Bangka Belitung meluncurkan program Tular Nalar Akademi Lansia yang didukung Google.org yang merupakan layanan sosialisasi penggunaan internet kelompok masyarakat lanjut usia (lansia).
Koordinator Mafindo Bangka Belitung Suryani melalui keterangan pers, Senin mengatakan program Tular Nalar Akademi Lansia sangat diperlukan untuk menciptakan lansia yang cakap digital, sehingga mereka akan menjadi generasi tua yang kritis terhadap penyebaran hoaks dan menjadi agen literasi bagi keluarga, teman dan lingkungannya.
Berdasarkan survey yang dilakukan Katadata Insight Center dan Kominfo tahun 2021 tercatat hanya 3,6 persen kelompok masyarakat berusia 55-70 tahun yang menggunakan internet.
"Kelompok ini jarang tersentuh sosialisasi penggunaan internet karena dianggap usia yang sudah tidak produktif lagi," jelas dia.
Selain memberikan sosialisasi melalui layanan digital kata dia, pihaknya juga menggelar kegiatan langsung Tular Nalar Akademi Digital Lansia (ADL) dan Sekolah Kebangsaan.
Program tular nalar ini merupakan program Mafindo pusat yang digelar di 37 propinsi dengan target peserta kelompok masyarakat yang retan yaitu masyarakat lanjut usia dan anak remaja yang merupakan pemilih pemula.
"Kegiatan tular nalar yang saat itu dilaksanakan Sabtu (25/2) di Kecamatan Pemali, Bangka cukup mendapat dukungan masyarakat dilihat jumlah peserta mencapai 200 orang terdiri 100 orang kelompok lanjut usai dan 100 orang peserta usia muda atau pemilih pemula," kata Suryani.
Kegiatan tular nalar merupakan program lanjutan tahun 2022 lalu terpusat di Kecamatan Sungailiat Bangka. Persoalan sama didapati mayoritas peserta menggunakan handphone jadul yang hanya dilengkapi fitur sederhana suara dan pesan saja, dan sebagian kecil peserta yang sudah menggunakan android.
"Dalam diskusi kelompok dengan usia peserta 60 tahun ke atas, umumnya menyatakan pernah mendapat pesan singkat atau short message service berhadiah dan telepon yang menyampaikan ada keluarga yang kecelakaan atau di tangkap polisi dan yang lain, intinya meminta mereka atau penerima pesan mengirimkan sejumlah uang atau juga yang meminta dikirimkan pulsa," ujarnya.
Bahkan kata Suryani, dari keterangan peserta ada yang pernah menjadi korban modus operandi tersebut melalui layanan digital. Diharapkan kedepannya setelah pelatihan para lansia dapat lebih bersikap kritis dan mengetahui bagaimana harus bersikap dalam menghadapi penipuan digital dan mengetahui bagaimana mencari fakta sederhana jika mendapatkan informasi serta cerdas dalam berkomunikasi di media sosial.
"Peserta mendapat pendampingan dari fasilitator melalui grup Whatsapp untuk saling berbagi pengalaman dan tukar informasi dari para lansia dalam berinteraksi di ruang digital, tujuannya untuk mengasah nalar kritis dan menghindari hasutan, penipuan dan hoaks," kata Suryani.