Washington (ANTARA) - Amerika Serikat (AS) membantah telah membantu Ukraina dalam menyediakan data intelijen untuk target-target di dalam wilayah Rusia, kata Pentagon pada Kamis (2/3).
Pentagon, sebutan bagi Departemen Pertahanan AS, menyebut tuduhan Rusia itu "omong kosong".
Presiden Rusia Vladimir Putin pekan lalu memperingatkan negara-negara Barat terkait perang di Ukraina dan menyatakan Moskow menangguhkan keikutsertaannya dalam perjanjian pengurangan dan pembatasan senjata ofensif strategis --START-- terbaru.
Putin mengemukakan itu setelah menuding negara-negara Barat secara tidak langsung terlibat dalam upaya menyerang pangkalan udara strategis Rusia.
"Saya tidak punya informasi mengenai apakah Ukraina melakukan operasi seperti itu atau tidak, sebaiknya Anda bertanya kepada mereka," kata juru bicara Pentagon Brigjen Pat Ryder kepada wartawan.
"Saya dapat menegaskan bahwa pemikiran AS menyediakan intelijen atau informasi kepada Ukraina guna menargetkan lokasi di dalam Rusia adalah omong kosong. Kami tidak berperang dengan Rusia, begitu pula kami tidak berkeinginan perang dengan Rusia," lanjut Ryder.
Deputi Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov pada Kamis (2/3) mengatakan bahwa Moskow terpaksa menunda keikutsertaannya dalam perjanjian pengendalian senjata nuklir New START karena Washington menggunakannya guna membantu Ukraina menyerang lokasi-lokasi strategis Rusia.
Dalam komentar terpisah kepada wartawan setelah pidatonya, Ryabkov menuduh Ukraina tidak bisa menargetkan infrastruktur Rusia dengan serangan pesawat nirawak tanpa bantuan AS.
Awal pekan ini, sebuah pesawat nirawak menghantam stasiun distribusi gas alam di tenggara Moskow.
Gubernur wilayah itu mengatakan bahwa serangan yang gagal tersebut terjadi di sekitar 110 kilometer dari pusat ibu kota Rusia.
Ukraina tidak menyatakan secara terbuka bahwa pihaknya bertanggung jawab terhadap serangan di dalam Rusia.
Jika Ukraina berada di balik insiden Kolomna (kota pinggiran Moskow), maka hal itu akan menjadi percobaan serangan pesawat nirawak terdekat yang dilakukan Ukraina terhadap ibu kota Rusia, sejak Rusia menginvasi Ukraina lebih dari satu tahun lalu.
AS telah memberikan data kepada Ukraina mengenai perincian pergerakan tentara Rusia di dalam wilayah Ukraina.
Kiev, menggabungkan bantuan itu dengan data intelijennya sendiri, mengadakan serangan artileri dan lainnya melawan Rusia dan persenjataan mereka.
Pemerintahan Presiden Joe Biden telah menyediakan hampir 32 miliar dolar AS (sekitar Rp489,69 triliun) dalam bentuk bantuan militer ke Ukraina tahun lalu, termasuk pesawat nirawak, sistem artileri jarak jauh, dan kemampuan pertahanan udara.
Sumber : Reuters