Tempilang (ANTARA) - Penjabat (Pj) Gubernur Kepulauan Bangka Belitung (Babel) Ridwan Djamaluddin menuturkan perang ketupat bukan perang menaburkan kebencian, namun perang yang menunjukkan penuh nilai kasih sayang.
"Dengan adanya pesta adat perang ketupat yang diadakan setiap tahun, kita bisa berkumpul di sini dan bersilaturahmi satu sama lainnya dengan masyarakat dari berbagai daerah sambil menikmati hidangan yang telah disediakan masyarakat Desa Tempilang," kata Pj Gubernur saat memberikan sambutan dalam acara Pesta Adat Perang Ketupat dan Sedekah Ruah Desa Tempilang di Bangka Barat, Minggu.
Ridwan m berharap pesta adat perang ketupat dapat diperkenalkan lebih luas lagi sehingga dikenal di seluruh penjuru dunia karena kegiatan ini diyakini mampu memberikan kebahagiaan bagi semua lapisan masyarakat.
"Perang kali ini perang persahabatan dam perang kekeluargaan karena menjadi simbolisasi perjuangan masyarakat pada masa lalu dan tanda bahwa kita satu keluarga besar. Perang ketupat ini kita jadikan penguat tali silaturahmi," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Pj Gubernur Ridwan Djamaluddin berpesan kepada masyarakat supaya dapat menjaga situs benteng kota sebagai warisan cagar budaya dan terus lestarikan pesta adat perang ketupat sebagai kekayaan budaya daerah.
Sementara Wakil Bupati Babar Bong Ming-Ming menuturkan, pesta adat perang ketupat diselenggarakan dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan.
Oleh sebab itu, Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham) RI menyerahkan sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Pesta Adat Perang Ketupat Desa Tempilang sebagai wujud perhatian pemerintah terhadap pelestarian budaya.
Dengan dijadikannya sebagai situs sejarah warisan tak benda, diharapkan di masa mendatang jumlah kunjungan wisatawan demostik maupun wisatawan mancanegara semakin meningkat.
"Tradisi perang ketupat ini dari dulu sudah dilaksanakan oleh masyarakat Tempilang dan budaya ini layak untuk dikembangkan. Dan saat ini sudah ditetapkan sebagai situs sejarah warisan tak benda nasional," ujarnya.