London (ANTARA) - Penulis nasionalis Rusia terkemuka, Zakhar Pripelin, pada Minggu (7/5) menggambarkan kedua kakinya patah dalam insiden bom mobil yang disebut Moskow didalangi oleh Amerika Serikat dan Ukraina.
"Kepada para setan saya katakan: Kalian tidak bisa menakuti siapa pun. Tuhan itu ada. Kami akan menang," katanya di Telegram.
Dia menulis pesan itu di rumah sakit di daerah Nizhny Novgorod, tempat terjadinya pengeboman mobil Audi Q7 pada Sabtu (6/5), di sebuah desa sekitar 400 kilometer di sebelah timur Moskow.
Prilepin menyatakan bahwa lima menit sebelum kejadian dia sedang mengantar anak perempuannya. Sebuah bom meledak di bawah roda di kursi penumpang di mana sopirnya, Sasha Subin, sedang duduk.
Subin tewas dalam peristiwa itu. Pripelin mengatakan bahwa sang sopir adalah "malaikat penjaganya selama delapan tahun terakhir".
Pelaku yang bertanggung jawab atas ledakan tersebut melarikan diri setelah meledakkan satu dari dua bom, kata Prilepin.
"Bila dia meledakkan bom kedua, semua orang pasti akan tewas," katanya.
Komite penyelidikan Rusia mengungkapkan mereka sedang menginterogasi seorang tersangka bernama Alexander Permyakov.
"Saya kehilangan kesadaran sekitar tiga menit, siuman dan merangkak melalui kaca depan yang pecah. Para penduduk desa berlarian untuk menolong saya keluar," kata Prilepin.
Dia mengatakan kedua kakinya patah dan salah satunya mengalami luka terbuka.
Dia mengatakan gubernur daerah Nizhny Novgorod, Gleb Nikitin, telah mengirim helikopter untuk menerbangkannya selama 16 menit, karena berkendara dengan mobil perlu waktu tiga jam untuk sampai di kota.
Kementerian Luar Negeri Rusia menuding Ukraina dan negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat, sebagai dalang dari serangan terhadap penulis yang merupakan pendukung kuat aksi militer Moskow di Ukraina.
Badan keamanan Ukraina tidak mengonfirmasi atau menyangkal keterlibatannya.
Mykhailo Podolyak, penasihat senior Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, mengatakan dirinya percaya otoritas Rusia telah melakukan serangan tersebut.
Kemlu AS belum menanggapi permintaan untuk berkomentar.
Sumber: Reuters