Jakarta (ANTARA) -
“Semua mata kuliah yang disediakan melalui ICE Institute dapat diakses masyarakat umum dan mahasiswa secara gratis,” ujar Plt Dirjen Diktiristek Kemendikbudristek Prof Nizam, di Jakarta, Selasa.
Nizam menjelaskan pandemi COVID-19 telah mengajarkan para insan pendidikan untuk menghadirkan suatu pelantar yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja, Salah satunya melalui ICE Institute yang pada awalnya merupakan gabungan dari 15 kampus di Tanah Air.
Kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan yang mulai populer dalam beberapa waktu terakhir, menurut dia, memberikan tantangan pada insan pendidikan untuk dapat memanfaatkan kecerdasan buatan dalam pembelajaran.
“Bagaimana memanfaatkan kecerdasan buatan dengan baik dan bukan malah menghancurkan manusia. Melainkan memanfaatkan kecerdasan buatan dengan baik untuk kemanusiaan,” kata dia.
Dia berharap kerja sama antara UT dengan kampus di China tersebut dapat menghadirkan pembelajaran yang berkualitas bagi masyarakat. Melalui ICE Institute, mahasiswa tetap dapat dibimbing dosen pengampu dan dosen bisa memastikan mahasiswa itu benar-benar belajar.
“Sekarang ICE Institute bekerja sama dengan XuetangX.com yang diinisiasi Tsinghua University sehingga mahasiswa Indonesia bisa mengakses modul-modul kuliah di Tsinghua University secara gratis,” kata Nizam.
Rektor UT Prof Ojat Darojat menjelaskan ICE Institute telah bekerja sama dengan Tsinghua University dan XuetangX sejak 2022, di antaranya pertukaran mata kuliah, pengembangan mata kuliah bersama, pertukaran tenaga ahli, dan pelatihan bersama.
Director of Online Education Center of Tsinghua University Xiaoxiao Wang menjelaskan simposium itu merupakan salah satu upaya bersama antara ICE Institute, Tsinghua University, dan XuetangX.
“Perkembangan kuliah online di UT cukup pesat. Itu sebabnya Tsinghua University tertarik bekerja sama mengembangkan kuliah online bersama,” kata Wang.
Wang menjelaskan XuetangX merupakan pelantar pembelajaran yang dikembangkan oleh Tsinghua University sejak 10 tahun yang lalu. "Masyarakat tak hanya di Tiongkok, tetapi juga di berbagai negara dapat mengakses pembelajaran melalui pelantar pendidikan tersebut," katanya.