Bandung (Antara Babel) - Indonesia kehilangan ahli hadist setelah meninggalnya mantan imam besar Masjid Istiqlal, KH Ali Mustafa Ya'qub, Kamis (28/4).
"Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Kabar duka itu kami terima pagi ini," kata mantan Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni melalui telepon kepada Antara di Bandung, Kamis.
Pengasuh Pesantren Darussunnah, Ciputat, Tangerang Selatan ini wafat pada pukul 06.00 WIB di Rumah Sakit Hermina, Ciputat. Semasa bertugas sebagai imam besar Masjid Istiqlal, Ya'qub dikenal sebagai orang yang tegas, namun tetap sesuai dengan aturan.
Sikapnya itu kadang-kadang oleh orang banyak tak bisa dibedakan antara tegas dan keras. "Dia orangnya baik. Ketika saya menjadi menteri, sayalah yang mengangkat Ya'qub sebagai imam besar Masjid Istiqlal," kenang Maftuh.
"Kita semua kehilangan ahli hadist. Saya tak menyangka semua ini bisa terjadi," kata Muhammad Muzamil Basyuni, Ketua Badan Pelaksana Pengelola Masjid Istiqlal.
Muzamil yang saat ini tengah berada di Yogyakarta untuk menyelesaikan program S-3 di Universitas Gajah Mada (UGM) mengaku kenal betul Mustafa Ya'qub.
"Saya berharap keluarganya mengizinkan jenazah Mustafa Ya'qub dapat dishalatkan di Masjid Istiqlal. Itu permintaan saya," katanya.
"Antara saya dan Mustafa, sering bertemu. Kadang dia bertandang ke kediaman saya," ungkap Muzamil.
Almarhum adalah orang yang lepas dan gamblang. Artinya, dalam mengemukakan pendapat tak pernah ada yang ditutupi, namun punya kemampuan mendengarkan pendapat orang lain.
"Saya pun kadang berkonsultasi dengannya, mengenai hadist, kedudukan hadist dan ilmu lainnya," kenang Muzamil yang mantan Dubes Suriah itu.
Mustafa Ya'qub adalah orang akhli hadist. Ia memiliki kompetensi di bidangnya. Namun ia pun di berbagai kalangan dikenal sebagai orang keras. "Padahal, di mata saya, normal-normal saja. Orangnya pun baik," ujar Muzamil.