Sungailiat (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel), menyusun kajian risiko bencana di daerah itu.
"Kajian risiko bencana penting dilakukan guna meminimalisir potensi bencana yang terjadi baik di kota maupun di desa," kata Kepala BPBD Kabupaten Bangka, Ridwan, di Sungailiat, Kamis, saat menggelar lokakarya sosialisasi dan internalisasi.
Upaya meminimalisir risiko bencana, lanjutnya, harus dilakukan terpadu dengan melibatkan peran aktif masyarakat, terutama yang berada di daerah rawan bencana.
"Penyusunan risiko bencana sudah kami lakukan sejak Agustus sampai dengan target rencana November 2023, dengan harapan pelayanan kebencanaan dapat dilakukan dengan baik dan maksimal," ujarnya.
Menurutnya, kajian risiko bencana nantinya akan menghasilkan peta suatu wilayah rawan bencana, sekaligus mengetahui jumlah korban, kerugian materi yang akan terdampak apabila terjadi bencana.
"Kajian risiko bencana meliputi potensi bencana seperti banjir, cuaca ekstrim (puting beliung), kebakaran hutan, dan bencana lainnya. Kajian risiko bencana perlu diintegrasikan ke dalam perencanaan tata ruang wilayah sehingga tidak salah menempatkan perencanaan," katanya.
Ia mengatakan bencana dapat disebabkan oleh faktor alam, non-alam, maupun manusia. Meskipun bencana yang terjadi di Kabupaten Bangka banyak didominasi faktor alam seperti banjir, tanah longsor, angin puting beliung, dan yang lain.
"Seperti potensi kebakaran hutan dan lahan yang terjadi hampir setiap hari di musim kemarau dapat diminimalisir dengan peran aktif semua pihak menjaga kelestarian lingkungan, tidak membuka perkebunan dengan cara membakar, tidak membuang puntung rokok di kawasan hutan dan yang lain," ujarnya.