London (ANTARA) - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov pada Kamis menyebut pasokan senjata uranium terdeplesi dari Amerika Serikat ke Ukraina sebagai "aksi kriminal", kantor berita TASS melaporkan.
Departemen Pertahanan AS pada Rabu mengumumkan paket bantuan keamanan baru senilai hingga 175 juta dolar AS (sekitar Rp2,68 triliun) untuk Ukraina, termasuk amunisi uranium terdeplesi untuk tank-tank Abrams buatan AS.
Sebagai produk sampingan dari pengayaan uranium, uranium terdeplesi memiliki kepadatan ekstrem yang membuat amunisi mampu menembus lapisan baja.
Para pengkritik mengatakan ada risiko kesehatan yang berbahaya, termasuk kanker dan cacat lahir, jika menelan atau menghirup debu uranium terdeplesi.
"Ini bukan sekadar langkah eskalasi, tetapi merupakan cerminan dari pengabaian Washington terhadap dampak lingkungan dari penggunaan amunisi semacam ini di medan tempur. Faktanya, ini adalah aksi kriminal, saya tidak bisa memberikan penilaian lainnya," kata Ryabkov seperti dikutip TASS.
Dalam pidatonya di seminar keamanan, ia juga mengulangi peringatan Rusia sebelumnya tentang risiko perang nuklir akibat "tekanan" Barat terhadap Moskow.
"Sekarang tekanan ini berada dalam bahaya dan berada di ambang konflik bersenjata langsung di antara negara-negara nuklir," katanya.
Rusia telah lama menuduh Barat menggunakan Ukraina untuk melancarkan perang proksi agar Moskow mengalami "kekalahan strategis".
AS dan para sekutunya mengatakan mereka mempersenjatai Ukraina untuk mempertahankan diri dari invasi Rusia dan merebut kembali wilayah yang direbut Moskow dalam perang yang telah berlangsung selama 18 bulan itu.
Ryabkov mengatakan pengerahan senjata nuklir taktis Rusia di Belarus berjalan sesuai jadwal, termasuk membuat infrastruktur dan memperbarui wahana pembawa senjata itu.
"Pekerjaan ini terus dilakukan," katanya.
Pengerahan senjata nuklir itu dilakukan awal tahun ini dan Moskow menyebutnya sebagai upaya pencegahan terhadap negara-negara Barat.
Sumber: Reuters