Belitung (ANTARA) - Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, mengajak masyarakat di daerah itu memakan beras analog atau non padi, guna mengantisipasi ancaman krisis beras di masa mendatang.
"Kami mengajak masyarakat untuk mengkonsumsi beras analog karena bentuk dan rasanya hampir sama dengan beras padi biasa," kata Kepala DKPP Belitung, Destika Efenly di Tanjung Pandan, Senin.
Menurut dia, beras analog merupakan beras yang terbuat dari non padi atau dibuat dengan bahan yang berasal dari jagung, ubi, dan talas.
Namun, lanjut Destika, untuk mengajak masyarakat mengkonsumsi beras non padi atau analog memang tidak mudah, melainkan harus merubah persepsi masyarakat terlebih dahulu.
"Memang harus merubah persepsi masyarakat karena kalau tidak makan nasi dari beras padi maka istilahnya mereka tidak makan," ujarnya.
Ia menambahkan, selain, itu pihaknya juga mengajak masyarakat untuk mengkonsumsi pangan lokal seperti singkong, talas, jagung, dan umbi-umbian lainnya.
Hal ini dilakukan guna mengatasi ancaman krisis beras di masa yang akan datang.
"Karena dalam jangka waktu yang panjang kita harus menghadapi isu yang telah menjadi perhatian nasional dan juga internasional yakni ancaman krisis pangan," katanya.
Oleh karena, pihaknya terus mengangkat potensi pangan lokal daerah itu untuk mulai disosialisasikan agar dikonsumsi oleh masyarakat.
"Kami mulai memasarkan hal itu mungkin dalam kegiatan-kegiatan lomba misalnya seperti membuat nasi goreng dari beras analog atau membuat masakan khas ikan "gangan" (kuah kuning) dari beras analog," ujarnya.
Destika menyampaikan, potensi pangan lokal yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat seperti singkong, jagung, talas, dan umbi-umbian lainnya sangat banyak dan mudah ditemui di wilayah itu.
"Namun yang paling penting adalah merubah persepsi masyarakat itu karena anggapan masyarakat kalau tidak makan nasi dari beras padi maka tidak makan," katanya.
Ia memastikan, bahwa pangan lokal tersebut aman dikonsumsi masyarakat dan memiliki gizi yang tidak kalah dengan nasi yang terbuat dari beras padi.
"Sehingga ke depannya dalam benak masyarakat ketika berbicara pangan tidak hanya beras melainkan semua seperti umbi-umbian yang tentunya tetap aman dikonsumsi oleh masyarakat," ujarnya.