Ramallah, Palestina (ANTARA) -
Sedangkan menurut pihak Israel, penyerbuan itu membantu menangkap puluhan warga militan.
Pemerintah Palestina mengkritik operasi di Jenin itu sebagai "eskalasi berbahaya" dan dalam sebuah pernyataan mengatakan penodaan masjid oleh beberapa tentara Israel bakal memicu ketegangan agama. Tentara Israel mengatakan akan mendisiplinkan tentaranya.
Palestina memandang Tepi Barat sebagai pusat negara merdeka di masa depan.
Sekutu-sekutu Israel, yang mendukung perang melawan Hamas di Gaza, telah mendesak agar Israel menahan diri, termasuk menghukum para pemukim Israel di Tepi Barat yang dituduh melakukan serangan bersenjata terhadap warga Palestina.
Dalam beberapa tahun terakhir, Israel telah secara besar-besaran memperluas permukiman di Tepi Barat hingga menyisakan lebih sedikit wilayah bagi negara Palestina yang layak huni.
Pertumpahan darah yang mematikan telah memburuk di Tepi Barat, bahkan sebelum serangan Hamas dari Gaza terhadap Israel pada 7 Oktober.
Serangan Hamas itu menewaskan 1.200 warga Israel dan memicu Israel melancarkan gempuran hingga telah menewaskan hampir 19.000 warga Palestina di Gaza.
Sementara itu dalam dua bulan sejak 7 Oktober, Israel telah membunuh sedikitnya 287 warga Palestina di Tepi Barat.
Militer Israel, yang mengatakan pihaknya telah meningkatkan operasi terhadap kelompok militan Palestina di Tepi Barat, membenarkan bahwa mereka telah membunuh "lebih dari 10" orang, yang mereka sebut teroris, dalam penggerebekan di Jenin.
Dalam sebuah pernyataan, militer mengatakan pesawat Israel membunuh beberapa orang yang dituding menyerang pasukan keamanan. Pernyataan itu menyebutkan pula bahwa, pada Kamis malam, operasi keamanan tersebut telah selesai.
Para saksi mata di Jenin menggambarkan orang-orang bersenjata saling baku tembak dengan tentara dan meledakkan alat peledak rakitan. Buldoser tentara merusak jalan-jalan dan pipa air, kata sejumlah warga.
Dalam pernyataan, militer berdalih bahwa tentaranya membongkar laboratorium bom dan terowongan bawah tanah dalam operasi kontraterorisme yang dimulai pada 12 Desember di Jenin, yang disebut basis kelompok militan Palestina.
Menodai Masjid
Gambar yang beredar di media sosial dan sudah diverifikasi oleh Reuters menunjukkan sejumlah tentara Israel di dalam masjid di Jenin menggunakan mikrofon untuk membacakan doa Yahudi, seperti dalam azan.
Kementerian luar negeri Palestina mengecam apa yang disebutnya sebagai penghinaan terhadap tempat suci agama.
Ketika ditanya tentang kejadian tersebut, tentara Israel mengatakan kepada wartawan bahwa tentara-tentara tersebut segera dikeluarkan dari aktivitas operasional.
"Perilaku tentara dalam video tersebut serius dan sangat bertentangan dengan nilai-nilai IDF. Para prajurit akan didisiplinkan sebagaimana mestinya," ucap pihak militer Israel.
Sementara itu, tentara yang menyerbu kompleks rumah sakit Khalil Suleiman di luar kamp pengungsi Jenin membunuh seorang remaja tak bersenjata di sana, menurut badan amal medis Doctors Without Borders (MSF).
Tentara menembak dada remaja berusia 17 tahun itu, kata kementerian kesehatan Palestina.
Selama penyerbuan, Israel menghadang ambulans yang bermaksud memasuki kamp dengan mengangkut pasien yang sakit parah, menurut Mahmoud Al-Saadi, direktur Bulan Sabit Merah Palestina di kota utara Tepi Barat.
"Tentara tidak mengizinkan kami masuk," katanya.
Ia menambahkan akses ambulans tetap dihambat meski ada upaya untuk berkoordinasi dengan Palang Merah Internasional dan badan bantuan Palestina PBB, dan menceritakan bahwa tentara-tentara Israel juga ditempatkan di luar rumah sakit.
Pihak militer Israel tidak menanggapi permintaan komentar mengenai laporan penembakan tentara dan penghadangan ambulans.
Seorang warga, Alaa Al Sadi, yang tinggal di kamp Jenin, mengatakan tentara yang datang ke rumahnya untuk mencari senjata menghancurkan televisi miliknya.
Setelah itu, ujar Al Sadi, tentara Israel membawanya dengan mata tertutup ke dalam tahanan di kompleks tentara di luar kota selama sekitar 14 jam, bersama dengan ratusan orang lainnya.
Para tentara tidak menemukan senjata tetapi menghancurkan rumah keluarganya dan menuduhnya sebagai anggota Hamas.
Al Sadi menuturkan selama wawancara bahwa ia diminta tentara Israel meninggalkan Tepi Barat dan pindah ke Lebanon atau Suriah. Ia juga membantah punya hubungan dengan kelompok militan Islam yang berbasis di Gaza.
Militer Israel tidak menanggapi permintaan komentar mengenai pernyataan Alaa Al Sadi tersebut.
Sumber: Reuters