Muntok (Antara Babel) - Dinas Kelautan dan Prikanan Kabupaten Bangka Barat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menciptakan bubu atau alat tangkap kepiting memanfaatkan barang bekas yang akan diajarkan kepada nelayan tradisional di daerah itu.
"Inovasi ini kami kembangkan untuk membantu nelayan menekan biaya modal sekaligus pemanfaatan sampah yang ada di lingkungan sekitar," kata Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bangka Barat Yopie Mardianta di Muntok, Minggu.
Selain berfungsi untuk menangkap kepiting, kata dia, bubu berdiameter sekitar 50 centimeter dengan bentuk menyerupai tudung saji tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk menangkan udang dan rajungan.
"Alat tangkap tersebut dibuat oleh para petugas pendamping kelompok nelayan, mereka terus belajar, mencari informasi dan terus mencoba, akhirnya tercipta bubu mini tersebut," kata dia.
Bubu mini itu berbahan baku kawat alumunium yang befungsi sebagai rangka pembentuk bubu dan paranet hitam atau jaring plastik yang biasanya dimanfaatkan sebagai jaring apung budi daya ikan air tawar.
"Kawat dan paranet memanfaatkan barang bekas, paling yang dibeli hanya kawat pengikat untuk menjahit jaring agar bisa menempel kuat pada kawat," kata dia.
Menurut dia, biaya yang dikeluarkan untuk membuat satu unit bubu mini hanya sekitar Rp30.000, jumlah tersebut cukup murah dibandingkan harga bubu baru berbahan bambu atau kawat yang harga di pasaran sekitar Rp60.000 hingga Rp100.000.
Ia mengatakan, bubu mini bisa juga dibuat dengan bentuk kotak dan tabung menyesuaikan bahan sampah yang tersedia.
"Kami akan ajarkan cara pemanfaatan sampah ini kepada para nelayan tradisional dengan harapan mampu menekan biaya modal sekaligus meningkatkan hasil tangkapan," kata dia.