Jakarta (Antara Babel) - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengidentifikasi minat investasi baru dari Jepang dan Tiongkok di sektor transportasi laut antarpulau untuk angkutan logistik.
Kepala BKPM Franky Sibarani dalam siaran pers di Jakarta, Senin, mengatakan minat investasi transportasi laut dari ke dua negara tersebut karena sejalan dengan salah satu program prioritas Presiden Jokowi di bidang maritim yaitu poros maritim dan tol laut.
"Saat mendengar paparan minat investasi yang disampaikan, saya membayangkan ini seperti 'angkot laut' yang menghubungkan pulau-pulau yang ada di Indonesia, khususnya untuk angkutan logistik," katanya.
Ia mengaku akan terus mengawal minat tersebut agar bisa terealisasi secepatnya, mengingat proyek ini masuk dalam sektor prioritas maritim.
"Melalui 'angkot laut' ini, pengiriman logistik ke wilayah timur menjadi lebih cepat. Adanya penghematan waktu akan menghemat biaya distribusi, sehingga bisa menekan harga barang-barang di wilayah timur Indonesia," katanya.
Franky menjelaskan minat investasi dari Jepang dan Tiongkok tersebut sangat serius.
Bahkan salah satu investor sudah melakukan studi kelayakan investasinya, untuk transportasi laut antara Surabaya, Sorong dan Jayapura.
Menurut data yang diterima Franky, investor itu telah memproyeksikan percepatan angkutan logistik ke kawasan timur Indonesia dari 11-17 hari menjadi 3,5 hari.
"Sementara investor lainnya merencanakan akan membuat sendiri kapal-kapal yang digunakan sebagai alat transportasi laut tersebut di Indonesia. Tentu saja banyak keuntungan jika proyek ini sudah berjalan. Distribusi barang antarpulau lebih lancar lebih mudah dan banyaknya penyerapan tenaga kerja," jelasnya.
Selain transportasi laut, dalam kegiatan pemasaran investasi di Tiongkok, BKPM juga mengidentifikasi minat investor asal Tiongkok untuk masuk pada sektor transportasi udara.
Perusahaan berencana untuk melakukan "joint venture" dengan industri penerbangan di Indonesia. Target dari investasi ini yaitu untuk membangun konektivitas udara di Indonesia, terutama untuk kawasan pariwisata.
"Investor tertarik dengan program pemerintah 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional. Ini merupakan potensi yang bisa kita jual ke investor, sehingga dapat mendukung program pemerintah," katanya.
Sejak 2010, sudah 52,3 miliar dolar AS komitmen investasi asal Tiongkok terdaftar di BKPM.
Dari data yang dimiliki oleh BKPM, periode triwulan pertama tahun 2016, realisasi dari RRT mencapai 464 juta dolar AS terdiri dari 339 proyek dan menyerap tenaga kerja 10.167 tenaga kerja.
Posisi Tiongkok tersebut berada di peringkat keempat setelah Singapura, Jepang dan Hong Kong.
Sementara itu, pertumbuhan komitmen investasi Jepang pada tahun 2015 naik 40 persen di atas pertumbuhan komitmen investasi asing yang hanya 29 persen.
Posisi Jepang berada di peringkat ketiga dengan pertumbuhan 95 persen mencapai 8,1 miliar dolar AS. Di atas Jepang terdapat Tiongkok sebesar 22,2 miliar dolar AS atau naik 42 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.