Beirut (ANTARA) - Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati pada Selasa mengatakan bahwa laporan media yang menyebutkan dirinya menerima peringatan dari Israel mengenai rencana serangan skala-besar ke Lebanon adalah tidak akurat.
Berita dan bocoran beredar mengenai peringatan yang diterima oleh Perdana Menteri bahwa Israel mungkin melancarkan serangan besar-besaran ke Lebanon, kata kantor media Mikati dalam sebuah pernyataan.
"Laporan dan bocoran ini tidak berdasar," kata kantor itu, menganggap hal itu bagian dari tekanan yang ditujukan ke Lebanon.
Pernyataan tersebut menyebutkan bahwa Mikati terlibat dalam kontak diplomatik yang panjang dalam upaya untuk menghentikan agresi Israel yang sedang berlangsung di Lebanon selatan.
Sehari sebelumnya, surat kabar Lebanon Al-Akhtar, yang dekat dengan kelompok Hizbullah, mengutip sumber tanpa nama yang mengklaim bahwa sebagian besar utusan internasional untuk Beirut menyampaikan keprihatinan mereka mengenai keseriusan ancaman Israel untuk melancarkan perang terhadap Lebanon.
Laporan itu menambahkan bahwa Pesan paling penting datang dari Inggris, yang menyebutkan tanggal serangan Israel pada pertengahan Juni.
Menurut surat kabar itu, London menganjurkan Beirut untuk mengambil langkah-langkah persiapan yang diperlukan untuk perang yang cakupan dan durasinya tidak diketahui.
Mikati tetap menyangkal meskipun ada pernyataan dari Kepala Staf Angkatan Darat Israel Herzi Halevi pada Selasa bahwa militer Israel sangat siap untuk menyerang Hizbullah di Lebanon dan mendekati titik di mana keputusan harus diambil.
Pernyataan Halevi diungkapkan saat melakukan penilaian di perbatasan utara Israel dengan Komisaris Layanan Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Israel Eyal Caspi dan beberapa pemimpin militer, menurut pernyataan militer.
Sejak Minggu, permukiman dan kota-kota di Israel utara mengalami kebakaran akibat serangan roket Hizbullah dan drone bermuatan bahan peledak dari Lebanon.
Ketegangan berkobar di sepanjang perbatasan antara Lebanon dan Israel di tengah baku tembak antara pasukan Israel dan Hizbullah dalam bentrokan paling mematikan sejak kedua pihak terlibat perang skala penuh pada 2006.
Sumber: Anadolu