Pangkalpinang (ANTARA) -
Aris dalam rilis yang diterima di Pangkalpinang, Sabtu, mengatakan pembumian Pancasila sebagai pengetahuan dilakukan agar menjadi suatu pengetahuan yang memiliki nilai-nilai yang sistematis, mendasar (fundamental), dan holistik. Tujuannya agar Pancasila dapat dipelajari dan diajarkan kepada seluruh elemen masyarakat Indonesia, baik melalui pendidikan formal, informal dan non-formal.
Aris saat bertindak sebagai salah satu nara sumber dalam acara “Pancasila Talk Show” di Jakarta, Kamis (6/6), mengatakan membumikan Pancasila sebagai keyakinan dilakukan dengan mengusahakan agar nilai-nilai Pancasila meresap dalam hati, diyakini keberadaannya dan dapat diaktualisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehari-hari.
Acara “Pancasila Talk Show’ dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni 1945 dan hari lahir Proklamator Kemerdekaan Republik Indonesia dan penggali Pancasila, Sukarno.
“Harus diakui bahwa upaya membumikan Pancasila dalam tiga dimensi yaitu sebagai pengetahuan, keyakinan dan keteladanan, belum sepenuhnya berjalan dengan baik. Meski kita sudah menjadi negara yang merdeka dan berdaulat, Pancasila masih sekedar cita-cita, belum teraktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama sila ke-5 yang juga harus diakui masih seperti anak yatim” papar Aris.
“Tapi seperti dikatakan Bung Karno dalam pidatonya di depan Sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) tanggal 1 Juni 1945, kemerdekaan adalah satu jembatan emas dan diseberangnya jembatan itulah dilakukan penyempurnaan masyarakat, maka upaya membumikan Pancasila di dalam tiga dimensi perlu terus dilakukan secara bergotong royong oleh seluruh masyarakat Indonesia, tanpa kenal lelah memperjuangkan Indonesia,” jelas Aris.
Mengakhiri penjelasannya, Aris menyampaikan bahwa BPIP telah melakukan upaya untuk mengembalikan Pancasila ke ruang publik, antara lain dengan mendorong kembalinya pendidikan Pancasila ke pendidikan formal. BPIP berhasil mendorong Kemendikbudristek untuk mengembalikan mata pelajaran pendidikan Pancasila sebagai mata pelajaran wajiub di pendidikan formal melalui Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 2022 tentang standar nasional pendidikan.
“Bersama Kemendikbudristek, BPIP juga berhasil menyusun Buku Teks Utama (BTU) Pendidikan Pancasila yang secara resmi diluncurkan bersama pada Agustus 2023 oleh Ketua Dewan Pengarah BPIP, Menteri Koordinasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan dan Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi,” tegas Aris.
“Tidak hanya menyusun BTU Pendidikan Pancasila, BPIP juga terus mengawal dan mendorong penerapannya sebagai gerakan nasional yang strategis untuk kemajuan pendidikan bangsa Indonesia. BPIP terus mendorong dilakukannya kolaborasi yang kuat hingga lintas sektoral sebagai bentuk gotong royong dalam mencerdaskan kehidupan bangsa,” pungkas Aris.