Jakarta (ANTARA) -
Hal tersebut disampaikan Hasto saat ditemui di Kantor BKKBN, Jakarta, Selasa, merespons angka pernikahan yang terus menurun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), di mana pada tahun 2023, jumlah pernikahan yang tercatat sebanyak 1.577.255. Angka tersebut menurun sebanyak 128.000 jika dibandingkan dengan tahun 2022, dan merupakan angka yang terendah selama satu dekade karena menurun sebesar 28,63 persen.
“Perempuan ketika bangun pagi itu, kalau enggak punya suami belum punya kebaikan yang bisa diberikan, tetapi kalau punya suami, punya tanggung jawab bikin minum saja sudah surga janjinya, jadi sebetulnya banyak indah-indahnya. Tugas yang sifatnya alami bagi seorang perempuan itu ternyata ada manfaatnya. Tuhan juga memberikan kekuasaannya untuk keseimbangan alam, ternyata memang perempuan punya tugas hamil dan melahirkan juga untuk kesehatannya mereka,” ujar Hasto.
Sedangkan bagi laki-laki yang belum menikah, menurutnya cenderung merasa belum memiliki tanggung jawab sehingga hidupnya sering boros dan tidak teratur.
“Begitu punya istri, punya anak itu dia jadi pemimpin, kemudian akhirnya hidupnya lebih terarah,” ucapnya.
Hasto juga mengemukakan, perempuan yang belum pernah hamil atau melahirkan lebih rentan terkena penyakit.
“Orang yang tidak pernah hamil atau istilahnya nulipara, lebih punya peluang untuk kanker rahim dibandingkan yang memiliki dua atau tiga anak. Hal-hal seperti itu perlu kita sampaikan. Jadi jangan dianggap bahwa tugas yang sifatnya alami bagi seorang perempuan itu ternyata ada manfaatnya,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya meningkatkan pengetahuan secara umum tentang reproduksi melalui tokoh-tokoh agama, karena di ajaran Islam misalnya, menikah merupakan salah satu cara untuk menjalankan perintah Tuhan yang Maha Esa.
“Harus ada pengetahuan reproduksi yang harus selalu kita sampaikan. Mungkin juga kita kerja sama dengan para tokoh agama, itu penting. Kalau teman-teman tokoh agama, banyak yang menyampaikan bahwa nikah itu separuh dari kehidupan agama,” paparnya.
Sementara itu, Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN Irma Ardiana menyampaikan, BKKBN memiliki program kelas orang tua hebat dan kelas pranikah untuk mempersiapkan para generasi muda agar tidak takut menikah.
“Kita punya kelas orang tua hebat dan kelas pranikah, itu setiap bulan kita lakukan berdasarkan permasalahan yang sudah mereka sampaikan kepada kita, kemudian kita buat jadwalnya,” kata Irma.
Ia menegaskan, tugas BKKBN yakni perencanaan kehidupan berkeluarga, salah satunya untuk menyiapkan generasi-generasi yang saat ini tengah mempersiapkan perkawinan.
“Mereka kemudian punya semacam komunitas, dan komunitas itu kita lakukan pendampingan bersama para pakar, dan bagaimana kita bisa tetap relate (relevan), diantaranya menjawab kekhawatiran, misalnya dalam menghadapi segala perubahan atau dinamika tentang ekonomi dan seterusnya, dan itu bisa dibahas bersama-sama,” ucapnya.
Berita Terkait
BKKBN Babel tingkatkan peran aktif orang tua cegah pernikahan dini
26 Agustus 2024 21:06
Pernikahan dini di Babel turun signifikan jadi 9,23 persen
23 Agustus 2024 13:19
Kepala BKKBN anjurkan ibu menyusui tetap pakai KB
8 Agustus 2024 14:03
Kepala BKKBN sebut hamil sebelum 20 tahun berisiko lahirkan anak stunting
6 Agustus 2024 22:16
Deputi Bidang KS-PK BKKBN RI: Harganas ingatkan peran vital keluarga membangun bangsa
24 Juli 2024 21:46
BKKBN Babel pusatkan pemutakhiran PK-24 di tingkat kecamatan
18 Juli 2024 21:47
BKKBN: ANTARA berperan ubah pola pikir pentingnya kualitas keluarga
15 Juli 2024 12:25