Pangkalpinang (ANTARA) - Tim MBKM kewirausahaan UBB yang terdiri dari Wahyu Dwi Satriohadi (manajemen), Siti Fadilah (akutansi), dan Debi Septriana (akutansi) dengan dosen fasilitator Dian Prihardini Wibawa, S.E., M.M., sedang mengembangkan produksi kompos dari limbah pabrik sawit.
Proyek ini bertujuan untuk mengatasi kekurangan pupuk di lahan pertanian mereka, yang disebabkan oleh tingginya harga pupuk kimia dan penghentian subsidi pupuk oleh pemerintah diwilayah mereka.
Dalam proses produksi, tim menggunakan bahan-bahan seperti kompos tandan kosong sawit, abu boiler, tanah split, sekam, dan tahi ayam. Limbah-limbah ini dicampur dan diolah untuk menghasilkan kompos yang diharapkan dapat memperbaiki struktur tanah berpasir di wilayah Bangka Belitung dan menjadikannya lebih subur dan efektif untuk pertanian.
"Alasan utama mengambil MBKM Kewirausahaan karena dua hal. Pertama, masalah pribadi karna lahan kami kekurangan pupuk, yang mana pupuk kimia sangat mahal dan pupuk subsidi susah diberhentikan dari pemerintahan untuk wilayah disini. Kedua, kami melihat bahwa banyak sekali limbah pabrik sawit yang terbengkalai kurang termanfaatkan dengan baik oleh warga disini sehingga kami melihat bahwa ada peluang bisa menyatukan dua permasalahan dalam satu solusi dan solusinya kami membuat kompos dari limbah tersebut. Kompos tersebut kami fokuskan untuk memperbaiki struktur tanah karna seperti yang kita ketahui bahwa tanah di Bangka Belitung cenderung berpasir jadi kami fokuskan untuk kompos ini memperbaiki struktur tanah agar pupuk ini lebih efektif untuk tanaman," ujar Wahyu Dwi Satriohadi
Saat ini, tim kewirausahaan menghadapi tantangan dalam mengolah lahan kosong dari pabrik kelapa sawit menjadi kompos. Proses pengolahan ini diperkirakan memerlukan waktu sekitar 7-10 bulan.
Dalam jangka pendek, tim menyadari bahwa usaha ini belum menguntungkan karena perputarannya yang lambat. Mereka sedang meneliti pengembangan bioverter untuk mempercepat proses fermentasi kompos dari 7-10 bulan menjadi 2-3 bulan, dengan harapan dapat meningkatkan efisiensi produksi.
Untuk mendukung proyek ini, tim menginvestasikan modal sebesar 100 juta rupiah, dengan tambahan bantuan sebesar 5 juta rupiah dari Universitas Bangka Belitung (UBB).
Tim menganggap pengeluaran modal sebesar ini sebagai investasi langkah awal dalam usaha jangka panjang, meskipun saat ini modal yang dikeluarkan cukup besar.
Mereka yakin bahwa dengan keberlanjutan dan pengembangan yang tepat, proyek ini akan membuahkan hasil yang menguntungkan di masa depan.