Jakarta (Antara Babel) - Pelaksana Tugas (Plt) Menteri ESDM Luhut Binsar Panjaitan menjelaskan penurunan biaya investasi pengembangan Blok Masela karena dihapuskannya biaya-biaya yang tidak perlu.
"Banyak hal-hal yang tidak perlu setelah dilihat. Contohnya ya macam-macam, soal pipa, pengoperasian, risiko, soal macam-macam," katanya di Kantor Kemenko Kemaritiman Jakarta, Selasa.
Luhut dalam berbagai kesempatan menyebut biaya investasi pengembangan Blok Masela turun hingga 15 miliar dolar AS dari hitungan sebelumnya sebesar 22 miliar dolar AS saat Arcandra Tahar menjabat sebagai Menteri ESDM.
Ia juga sempat memuji Arcandra telah melakukan sejumlah penghematan selama 20 hari menjabat, termasuk dalam pengembangan Blok Masela, yang biaya investasinya bisa turun signifikan.
Namun, Luhut menampik jika penurunan biaya investasi di blok dengan cadangan gas terbesar di Indonesia itu disebabkan oleh hitungan harga minyak sebelum anljok seperti saat ini.
"Enggak. Dulu dibuat 22 miliar dolar AS dengan harga minyak seperti sekarang. Jadi 22 miliar dolar AS itu adalah dengan kondisi harga minyak yang sudah rendah. Saya ulangi, sudah rendah," katanya.
Menurut Luhut, jika dibuat hitungan baru dengan kondisi harga minyak dunia saat ini, maka bisa dipastikan biaya investasinya di bawah 22 miliar dolar AS.
"Tepatnya berapa, kita tunggu lah nanti POD-nya (Plan of Development/rencana pengembangan). Itu kan masih bekerja sama dengan SKK Migas," katanya.
Lebih lanjut, hingga saat ini Luhut mengatakan sudah tidak ada masalah dalam proyek pengembangan Blok Masela.
Inpex Corporation sebagai kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) untuk Blok Masela juga tinggal menyiapkan POD dengan terus berkomunikasi dengan SKK Migas.
Luhut juga mendorong agar pengembangan Blok Masela bisa dipercepat.
"Saya bilang POD kalau boleh delapan bulan, jangan setahun, kelamaan," tegasnya.
Ia menambahkan, pihaknya juga sudah punya kemungkinan lokasi proyek pengembangan Blok Masela. Sayangnya, ia enggan mengungkapkannya.