Jakarta (ANTARA) -
Saat serah terima jabatan menteri di Gedung Kementerian, Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Jakarta, pada Senin, Fadli mengakui dirinya sudah memiliki minat pada budaya sejak lama, bahkan sebelum terjun ke dunia politik.
“Saya mungkin dikenal sebagai seorang politisi, tapi sebetulnya latar belakang saya adalah budaya. Saya ini sebetulnya orang budaya yang masuk politik, bukan orang politik yang masuk ke budaya. Jadi, saya punya passion sebenarnya lebih banyak di budaya ketimbang politik,” ujar dia.
Kecintaannya pada budaya dibuktikan dengan mendirikan Rumah Kreatif Fadli Zon pada tahun 2013 berlokasi di Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat. Di tahun 2023, rumah kreatif tersebut menerima Rekor MURI dengan kategori rumah yang mempunyai berbagai koleksi budaya Nusantara terbanyak.
Rekor MURI tersebut bukan pertama kalinya diberikan kepada rumah kreatifnya. Pada tahun 2011, Rumah Kreatif Fadli Zon juga meraih rekor MURI untuk tiga kategori, yakni koleksi keris terbanyak, koleksi koran tua terbanyak, dan piringan hitam terbanyak.
Di rumah kreatif tersebut, terdapat berbagai koleksi prangko, wayang, komik, kaset, gitar dari musisi kenamaan Zaenal Arifin, Rhoma Irama, Dara Puspita, hingga gerabah dari Sungai Musi dari tahun 800/900-an.
Tak hanya itu, Ketua Perkumpulan Filateli Indonesia (PFI) ini juga mengaku menggemari filateli sejak duduk di sekolah dasar, karena kegiatan surat-menyurat juga bagian dari komunikasinya di masa kecil, sebelum masuk di era digital.
“Seperti kebiasaan orang filateli zaman dulu, biasanya kalau ada surat masuk itu ada amplop dan prangkonya. Lalu prangkonya saya ambil, dicelupkan dulu, kemudian dikeringkan di atas panci, kemudian mulai disusun,” kisahnya.
Menurutnya, di era digital, koleksinya itu justru menjadi sesuatu yang bersifat material dan semakin berharga. Penghargaan kepada hobi filateli bukan hanya apresiasi dari masa lalu, tetapi juga kesinambungan antara masa lalu, masa kini, dan masa yang akan datang, termasuk sentuhan era informasi digital ke dalam prangko, yang ke depan bisa meningkatkan minat generasi muda kepada filateli.
Selain kumpulan prangko, di rumah kreatif miliknya juga terdapat perpustakaan pribadi dengan berbagai macam koleksi, yakni sekitar 125 ribu buku, yang terdiri dari 50 ribu buku cerita silat dan komik, dan 75 buku dengan genre lainnya.
“Saya juga memimpin organisasi perkerisan, Sekretariat Nasional Keris Indonesia sejak tujuh tahun yang lalu, dan kita menjadikan keris ini salah satu bagian dari satu perwakilan ekspresi budaya yang mungkin campuran dari berbagai macam seni,” tuturnya.
Pemerintahan Prabowo-Gibran memiliki 17 program prioritas yang tertuang dalam Asta Cita, yang salah satunya yakni pelestarian seni budaya, peningkatan ekonomi kreatif, dan peningkatan prestasi olahraga.
Pemajuan kebudayaan sebelumnya menjadi urusan di bawah naungan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Kini, dengan pembentukan Kementerian Kebudayaan, diharapkan pemajuan kebudayaan menjadi lebih diarusutamakan sesuai dengan prioritas pemerintahan Prabowo-Gibran.