Mentok, Babel (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan memfasilitasi kegiatan peringatan tragedi Perang Dunia II yang akan dilaksanakan di Mentok www
"Beberapa hari lalu kita telah melakukan pertemuan dengan utusan Atase Pertahanan Australia terkait dukungan rencana pelaksanaan peringatan tersebut," kata Sekretaris Daerah Kabupaten Bangka Barat Muhammad Soleh di Mentok, Jumat.
Kedatangan rombongan perwakilan dari Australia yang dipimpin Jude Chew tersebut diterima Sekda Bangka Barat bersama Kapolsek Mentok Iptu Rusdi dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bangka Barat Muhammad Ali.
Pada pertemuan itu, kata dia, pada intinya Pemkab Bangka Barat menyambut baik rencana peringatan mengenang tragedi Perang Dunia II yang terjadi di Mentok.
Pemkab Bangka Barat akan selalu mendukung kegiatan seperti itu karena selain bisa mengeratkan kerja sama antarnegara juga menjadi momentum untuk bersama-sama memeringati peristiwa bersejarah itu.
"Pemkab akan selalu memberikan dukungan terhadap kegiatan itu, karena peringatan ini sudah berjalan rutin setiap tahun," katanya.
Setelah pertemuan awal, Pemkab Bangka Barat melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata akan menindaklanjuti dengan komunikasi dan koordinasi untuk membahas hal-hal rinci terkait rencana kegiatan tersebut agar bisa disiapkan fasilitas pendukung sehingga kegiatan berjalan lancar.
Peringatan tragedi Perang Dunia II yang dilaksanakan di Mentok, Kabupaten Bangka Barat, direncanakan berlangsung 15 hingga 17 Februari 2025 dengan beberapa agenda kegiatan, antara lain upacara mengenang tragedi, tabur bunga, bakti sosial dan lainnya.
"Dengan adanya persiapan lebih awal diharapkan kegiatan berjalan dengan aman dan lancar. Pada kunjungan ini direncanakan Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia juga akan menyerahkan beasiswa kepada sejumlah pelajar di Bangka Barat," katanya.
Rencana kegiatan itu digelar dalam rangka mengenang kembali peristiwa pengeboman sejumlah kapal laut Australia oleh tentara Jepang di pertengahan Februari 1942 di Selat Bangka yang mengakibatkan lebih dari 4.000 orang meninggal dunia.
Tragedi di Selat Bangka berawal dari Perang Pasifik atau penyerangan pesawat tempur Jepang terhadap armada Pasifik Amerika Serikat di Pearl Harbour pada tanggal 7 Desember 1941.
Pada hari berikutnya pasukan darat Jepang menyerbu Koloni Inggris di Kota Bharu, Semenanjung Malaya.
Dengan dukungan Angkatan Laut dan Angkatan Udara yang kuat, Jepang pada tanggal 14 Februari 1942 menguasai kota Singapura. Keesokan harinya Letnan Jenderal Arthur Percival, komandan pasukan Inggris di Singapura, menyerah.
Pada hari-hari terakhir sebelum kejatuhan Singapura, ribuan warga sipil pria, wanita, dan anak-anak Inggris, Australia, dan berbagai negara yang saat itu tinggal di Singapura menaiki kapal untuk melarikan diri ke berbagai arah, termasuk ke Jawa dan Australia. Namun, upaya ini merupakan evakuasi yang terlambat.
Pada 13 Februari 1942, sebuah pesawat pengintai Inggris menemukan konsentrasi besar konvoi pelayaran Angkatan Laut Jepang di utara Pulau Bangka. Konvoi tersebut berangkat dari Camranh Bay-Indochina pada tanggal 12 Februari 1942 dengan tujuan invasi ke Mentok dan Palembang.
Pada saat yang sama, banyak kapal pengungsi yang penuh dengan pasukan dan warga sipil Inggris dan Australia melarikan diri dari Singapura dan di pintu masuk Selat Bangka, armada angkatan laut Jepang menghentikan pelarian para pengungsi tersebut.
Dari 44 kapal evakuasi yang berangkat pada hari-hari terakhir antara 12 dan 14 Februari 1942, sebanyak 40 kapal dibom dan tenggelam di Selat Bangka dan diperkirakan sekitar 4.000 hingga 5.000 penumpang kapal tewas dalam kejadian itu.
Ada juga sebagian penumpang mendarat atau terdampar di sepanjang pantai Pulau Bangka dengan sekoci, pelampung, rakit, atau barang-barang apa saja yang mengapung.
Di antara mereka yang selamat mendarat di tepi pantai Pulau Bangka ditangkap dijadikan tawanan Jepang yang saat itu sudah menduduki Pulau Bangka.
Untuk mengenang tragedi itu, secara rutin tiap tahun para keluarga korban, khususnya kelompok keluarga perawat yang menjadi korban tragedi bersama perwakilan Pemerintah Australia melakukan ziarah dan peringatan peristiwa di Mentok.