Pangkalpinang (ANTARA) - Meski kasus Covid-19 telah melandai dan tidak lagi mencekam seperti tahun-tahun sebelumnya, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap ancaman kesehatan lainnya, terutama Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan pneumonia pada balita.
Di Bangka Belitung, ISPA kini menjadi penyakit yang paling banyak diderita masyarakat, dengan pneumonia sebagai penyebab utama kematian anak balita di Indonesia.
Berdasarkan data, sekitar 20-40 persen pasien anak-anak di rumah sakit disebabkan oleh ISPA, dengan angka kematian mencapai 1,6 juta balita per tahun akibat pneumonia.
Kondisi cuaca yang lembab dan perubahan iklim menjadi faktor signifikan yang memengaruhi peningkatan kasus pneumonia, terutama pada balita di Babel.
Pengaruh Cuaca terhadap Pneumonia di Bangka Belitung
Analisis terbaru menunjukkan bahwa kelembaban udara menjadi faktor dominan yang memengaruhi kejadian pneumonia di Kota Pangkalpinang.
Semakin rendah tingkat kelembaban, semakin tinggi kasus pneumonia yang terjadi. Sementara itu, di Kabupaten Bangka Barat, kejadian pneumonia dipengaruhi oleh empat unsur cuaca, yaitu suhu udara, curah hujan, kelembaban, dan lamanya penyinaran matahari.
Curah hujan di Bangka Barat bahkan menjadi faktor paling dominan yang memengaruhi kasus pneumonia di Pulau Bangka.
Di Kabupaten Bangka Tengah, semua unsur cuaca memiliki pengaruh terhadap kejadian pneumonia pada balita. Curah hujan dan kelembaban berpengaruh positif, artinya semakin tinggi curah hujan dan kelembaban, semakin meningkat pula kasus pneumonia.
Sementara itu, suhu udara dan lamanya penyinaran matahari memiliki pengaruh negatif. Jika suhu menurun dan penyinaran matahari berkurang, kasus pneumonia justru meningkat.
Pengaruh Jangka Panjang dan Jangka Pendek
Analisis juga mengungkapkan bahwa unsur cuaca tidak hanya berpengaruh dalam jangka pendek, tetapi juga dalam jangka panjang. Di Bangka Barat dan Bangka Tengah, curah hujan dan kelembaban memengaruhi kejadian pneumonia hingga dua periode sebelumnya.
Hal ini menunjukkan bahwa perubahan cuaca memiliki dampak berkelanjutan terhadap kesehatan masyarakat, terutama balita.
Imbauan untuk Pemangku Kebijakan
Melihat kondisi ini, pemangku kebijakan diimbau untuk lebih fokus pada upaya pencegahan dan penyuluhan kesehatan. Penyuluhan tentang pentingnya menjaga kebersihan udara, pola hidup sehat, dan antisipasi perubahan cuaca dapat menjadi langkah efektif untuk menekan angka kejadian pneumonia.
Selain itu, masyarakat diharapkan tetap menjaga protokol kesehatan, meski kasus Covid-19 telah melandai. Penurunan kewaspadaan terhadap protokol kesehatan, ditambah dengan kondisi cuaca yang tidak menentu, dapat membuat tubuh rentan terhadap serangan virus, termasuk ISPA dan pneumonia.
Meski pandemi Covid-19 telah mereda, ancaman kesehatan lain seperti ISPA dan pneumonia tetap perlu diwaspadai, terutama di wilayah dengan kondisi cuaca yang lembab seperti Bangka Belitung.
Kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat menjadi kunci untuk mencegah peningkatan kasus pneumonia, khususnya pada balita yang paling rentan terhadap penyakit ini.
Sumber: Analisis Vector Autoregressive (VAR) Pada Penderita ISPA Pasca Pandemi Covid-19 Terhadap Perubahan Cuaca di Wilayah Pulau Bangka, 2023.
Penulis : Ririn Amelia (Dosen Program Studi Matematika, Jurusan Sains Alam dan Ilmu Formal, Fakultas Sains dan Teknik, UBB
Bidang Keahlian : Statistika
Spesifikasi : Geostatistika, Analisis Spasial, Time Series