Dalam setiap pelaksanaan pesta adat di sejumlah kampung, Bupati Bangka Barat Parhan Ali dan Wakil Bupati Markus secara bergantian menyempatkan diri menghadiri perhelatan yang disakralkan warga setempat.
Tidak hanya pada acara pesta adat kampung, Wakil Bupati Markus juga selalu menyempatkan diri hadir di tengah masyarakat yang menggelar perayaan keagamaan dan tradisi warga keturunan Tionghoa sebagai bentuk kepedulian dan keseriusan pemerintah dalam menjaga nilai-nilai mulia warisan leluhur.
Tindakan nyata pemimpin "Negeri Sejiran Setason" memberikan perhatian khusus dalam upaya pelestarian budaya sejalan dengan visi misi pembangunan daerah yang salah satunya ingin menggenjot pariwisata, khususnya wisata sejarah dan budaya.
Muntok, Ibu Kota Kabupaten Bangka Barat yang sudah ditetapkan menjadi salah satu kota pusaka Indonesia mau tidak mau harus terus berbenah untuk memunculkan daya tarik sejarah dan budaya yang dimiliki.
Selain menjaga kelestarian sekitar 60 bangunan bernilai sejarah yang ada di kota tersebut, berbagai kegiatan seni dan budaya diharapkan mampu mendukung geliat kepariwisataan yang terus digaungkan pemerintah daerah setempat.
Kepedulian pemimpin negeri yang baru menjalankan amanahnya sekitar tujuh bulan terakhir seakan membawa angin segar bagi para pelaku seni, pegiat budaya, dan para tetua adat untuk menjaga tradisi peninggalan leluhur.
Gairah para pelaku seni tradisional dalam menjaga warisan leluhurnya mendapatkan sambutan hangat dari pemkab setempat melalui Dinas Perhubungan. Pariwisata, Kebudayaan, dan Informatika dengan rencana menggelar pergelaran seni tradisional selama dua hari, mulai Sabtu (19/11) di kawasan wisata Pantai Baturakit Muntok.
Pergelaran seni tradisional akan melibatkan sebanyak 25 sanggar seni tradisi di daerah itu.
"Untuk tahun ini akan kami undang seluruh sanggar lokal, namun hanya 25 yang menyatakan diri sanggup dan antusias tampil di panggung pagelaran tersebut," kata Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Perhubungan, Pariwisata, Kebudayaan, dan Informatika Kabupaten Bangka Barat Bambang Haryo Suseno.
Pergelaran dinilai cukup penting sebagai tonggak awal keseriusan pemerintah dalam pelestarian warisan budaya lokal sekaligus memberikan penghargaan kepada para pelaku seni tradisional untuk unjuk kebolehan di atas panggung yang lebih layak dan representatif.
"Selama ini mereka hanya tampil di acara kampung dan undangan pada kegiatan adat, melalui pagelaran seni tradisional diharapkan masyarakat semakin memahami keberadaan seni warisan leluhur tersebut," kata dia.
Selain sebagai upaya pelestarian kesenian, ajang yang baru pertama kali digelar tersebut diharapkan bisa mengangkat nilai-nilai budaya lokal sehingga memperkuat jati diri masyarakat setempat.
Kegiatan tersebut akan dilakukan secara berkelanjutan sebagai salah satu bentuk keseriusan pemerintah dalam menjaga kelestarian budaya lokal agar bisa diwariskan kepada generasi selanjutnya.
"Untuk tahun ini kami beri kesempatan khusus kepada pelaku seni dan sanggar seni tradisional di Bangka Barat, namun tahun depan kemungkinan akan mengundang sanggar-sanggar yang ada di luar daerah," kata dia.
Melalui kegiatan itu diharapkan berbagai kesenian tradisional tetap bertahan dan terus menunjukkan eksistensinya dalam menjaga kekayaan budaya lokal, seperti seni gerak campak, dambus, rudat, rebana, dan seni bela diri silat kampong.
Melalui pergelaran itu, para seniman, pegiat seni, dan pelaku seni tradisional bisa terus berekspresi menuangkan ide-ide kreatifnya.
Bukan hanya hiburan yang ditawarkan melalui pergelaran seni tradisional, namun lebih pada penggalian nilai yang terkandung dalam setiap gerak, syair, lagu, dan semangat kebersamaan dalam setiap penampilan para seniman lokal tersebut.
Gayung yang diulurkan pemkab pun bersambut hangat dari para seniman lokal.
Joko HP atau yang akrab disapa Wak Joko, pimpinan Komunitas Pelaku Seni (Kampuseni) Muntok menyambut baik kegiatan tersebut dan langsung menggagas untuk menampilkan tari campak kreasi secara kolosal.
"Kami akan melibatkan penonton untuk ikut menari campak bersama para penari yang kami siapkan," kata dia.
Tari campak kreasi yang disiapkan sengaja dikemas lebih komunikatif, baik dari sisi gerak maupun syair yang akan dipertunjukkan agar tarian pergaulan tersebut bisa dinikmati bersama penonton.
Gerak ritmis lincah beriringan dengan syair dan irama riang dari rangkaian tari tersebut diyakini akan menarik para penonton yang hadir untuk ikut berpartisipasi dan bergembira bersama para penari.
"Kami berharap kegiatan seperti itu terus ditingkatkan pelaksanaannya, sebagai bentuk apresiasi pelaku, pegiat dan seniman tradisional di Bangka Barat bukan hanya setahun sekali," kata dia.
Apabila bisa berkelanjutan dengan kuantitas dan kualitas pertunjukan yang meningkat, diyakini pergelaran tersebut akan menjadi agenda budaya cukup menarik untuk kepariwisataan daerah.
Selain menampilkan seni tradisional berupa pertunjukan, panitia juga sedang berusaha mengajak para pegiat seni rupa yang tergabung dalam Kelompok Rindudendam untuk merespons melalui karyanya di kawasan pertunjukan.
Sebanyak tiga panggung utama pertunjukan disiapkan dan rencananya akan dihias dengan berbagai seni instalasi berbahan dasar bambu dan daun nipah. Pemanfaatan bahan lokal diharapkan bisa memberikan warna dan suasana lebih menarik dalam pergelaran.
Selain merespons panggung hiburan, para perupa juga akan menampilkan beberapa seni instalasi berbahan bambu dan daun nipah untuk dinikmati para pengunjung dan ajang swafoto.
"Kami berharap kolaborasi yang sedang dibangun seluruh seniman di Bangka Barat bisa terus berlanjut untuk membangun iklim berkesenian semakin bergairah," kata anggota Kelompok Rindudendam Anung Nungser.
Pemilihan material seni instalasi berbahan bambu dan daun nipah, menurut dia, bukan tanpa alasan karena dua bahan tersebut mudah didapatkan di daerah itu, namun belum dimanfaatkan dengan baik.
Kolaborasi antara seni tradisional dan seni instalasi dengan memanfaatkan bahan lokal diharapkan mampu membangkitkan semangat generasi muda untuk semakin mencintai dan memiliki keinginan kuat untuk bersama-sama membangun daerah dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada.
Nilai kebersamaan dibalut dengan nuansa lokal merupakan modal kuat untuk membangun negeri, mengejar berbagai ketertinggalan.