Istanbul (Antara Babel) - Dua bom meledak dalam kurun waktu kurang
dari satu menit yang menyebabkan 29 orang tewas dan 166 terluka di luar
stadion di Istanbul, Sabtu malam waktu setempat, dalam serangan terhadap
polisi setelah pertandingan dua klub sepak bola negara itu.
Ledakan
pertama berasal dari bom mobil di luar Vodafone Arena, yang merupakan
kandang klub asal Istanbul, Besiktas. Ledakan ini menyisakan reruntuhan
dan puing-puing terbakar di jalan raya.
Empat
puluh lima detik kemudian, seseorang diduga mengenakan bahan peledak,
melancarkan aksinya dengan meledakkan bomnya ketika ia dikeliling polisi
di sebuah taman yang berdekatan dengan stadion.
Hal
tersebut disampaikan oleh Wakil Perdana Menteri Numan Kurtulmus dalam
konferensi pers seperti dilansir laman Reuters, Minggu.
Presiden
Tayyib Erdogan mengatakan ledakan tersebut sebagai serangan teroris
terhadap polisi dan warga. Ia menyebutkan, ledakan yang terjadi dua jam
setelah pertandingan yang dihadiri ribuan orang, menyebabkan banyaknya
korban berjatuhan.
"Tidak ada yang meragukan
kehendak Tuhan, kami sebagai negara dan bangsa akan mengatasi teror,
organisasi teroris ... dan kekuatan di belakang mereka," katanya dalam
sebuah pernyataan.
Serangan tersebut
mengguncang negara penyukai sepak bola itu, saat masih berupaya pulih
dari serangkaian pengeboman mematikan tahun ini di kota-kota termasuk
Istanbul dan ibu kota Ankara. Beberapa di antaranya menyalahkan ISIS dan
yang lainnya diklaim oleh gerilyawan Kurdi.
Hingga
kini, belum ada yang bertanggung jawab atas serangan terbaru ini, namun
ledakan terjadi kurang dari seminggu setelah ISIS mendesak pendukungnya
untuk menargetkan keamanan, militer, ekonomi dan pembentukan media
Turki.
"Itu seperti neraka. Api menyebar dari
jalan sampai ke langit. Saya sedang minum teh di kafe di sebelah
masjid," kata Omer Yilmaz, yang bekerja sebagai di dekat masjid
Dolmabahce, tepat di seberang stadion.
"Orang-orang
merunduk di bawah meja, wanita mulai menangis. Penggemar sepakbola yang
minum teh di kafe, mencari perlindungan, itu sangat mengerikan,"
katanya kepada Reuters.
Turki merupakan aliansi
militer NATO dan bagian dari koalisi Amerika Serikat untuk memerangi
ISIS. Turki meluncurkan serangan militer ke Suriah pada Agustus lalu
terhadap ISIS serta gerilyawan Kurdi.
Penerjemah: Try Reza Essra