Muntok (Antara Babel) - Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menunda penyaluran bantuan sebanyak 110.000 bibit lada putih kepada petani karena kendala teknis.
"Program tersebut tidak bisa dilaksanakan karena sampai batas waktu yang ditentukan tidak ada perusahaan yang berani, kemungkinan karena jumlahnya terlalu besar," kata Wakil Bupati Bangka Barat, Markus di Muntok, Sabtu.
Ia mengatakan, bantuan bibit lada putih berkualitas akan terus dilakukan sebagai bentuk keseriusan pemerintah dalam meningkatkan perekonomian masyarakat dari sektor perkebunan.
"Meskipun tahun ini gagal, tahun depan tetap dianggarkan karena kegiatan ini sesuai kebutuhan masyarakat yang kami yakini akan berdampak positif pada ekonomi masyarakat dan daerah ke depannya," katanya.
Menurut dia, sektor perkebunan merupakan salah satu fokus pemerintah daerah untuk terus digenjot untuk menumbuhkan perekonomian baru nontimah di daerah itu.
"Sampai saat ini daerah masih mengandalkan sektor timah, namun ke depan akan kami dorong sektor lain agar bisa berkembang, ada tiga sektor unggulan yaitu perkebunan, peternakan dan perikanan kelautan," kata dia.
Ia optimistis jika tiga sektor tersebut terus didorong akan mampu membangkitkan perekonomian masyarakat dari keterpurukan seperti yang terjadi saa ini.
"Selain itu, kepariwisataan juga terus kami dorong, meskipun kita masih tertinggal jauh dengan Belitung dan Belitung Timur, namun tetap yakin ke depan akan memberikan kontribusi yang bagus untuk masyarakat," katanya.
Pada awal tahun Pemkab menargetkan peremajaan sebanyak 200.000 batang tanaman lada milik petani yang dianggarkan melalui APBD Kabupaten dengan anggaran sekitar Rp1 miliar.
"Penyediaan bibit lada unggul tersebut merupakan salah satu kegiatan untuk menyemangati petani lada agar lebih termotivasi menekuni profesinya," kata Kepala Bidang Perkebunan Distanbunak Kabupaten Bangka Barat Saukani, beberapa bulan lalu.
Bantuan langsung kepada petani anggota gabungan kelompok tani (Gapoktan) berbadan hukum tersebut diberikan sesuai dengan sasaran Kementerian Pertanian yang menghendaki adanya intensifikasi dan rehabilitasi komoditas lada di Babel.
Program tersebut dilaksanakan karena kurang maksimalnya produksi lada di daerah itu yang kemungkinan dipengaruhi oleh umur tanaman lada tua, sakit atau rusak.
"Peremajaan dilakukan karena saat ini sudah tidak memungkinkan untuk melakukan perluasan terkait keterbatasan lahan yang ada, kalau dahulu petani mudah membuka lahan untuk berkebun lada, namun saat ini sudah banyak sektor lain yang membutuhkan lahan sehingga kami tidak mengagendakan perluasan," katanya.
Selain peremajaan, pemkab juga fokus pada peningkatan produksi dengan menggenjot produktivitas tanaman, mulai dari pemilihan bibit, pengolahan lahan, perawatan tanaman, dan penanganan hasil panen.¿
Menurut dia, untuk menggenjot produksi lada di Bangka Barat kami akan fokus pada intensifikasi dan rehabilitasi tanaman tidak perlu menambah areal tanam.
"Berbagai kegiatan yang dilakukan merupakan bentuk keseriusan pemerintah dalam upaya mengembalikan kejayaan "muntok white pepper" sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani lada," katanya.