Muntok (Antara Babel) - Pemerintah Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengumpulkan data dan informasi tentang tradisi peringatan sembahyang kubur yang bagi warga keturunan Tionghoa disebut "cheng beng".
"Pengumpulan data awal ini sebagai salah satu bentuk keseriusan pemerintah daerah untuk ikut melestarikan budaya yang ada di masyarakat setempat," kata Pamong Budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bangka Barat, Anung Yunianto di Muntok, Rabu.
Ia mengatakan, puncak peringatan cheng beng yang dilaksanakan di Muntok yaitu pada Minggu (2/4) hingga Selasa (4/4) yang digelar di kompleks pemakaman Menjelang.
"Untuk kompleks pemakaman di luar Muntok kami belum mendapatkan data akurat, kami akan coba telusuri untuk penyusunan data pelestarian," kata dia.
Ia menjelaskan, penyusunan data awal dilakukan dengan menggali informasi terkait upacara, ritual yang dilaksanakan, sampai ke detail-detail pendukung ritual.
"Teknik penggalian informasi dilakukan dengan mewawancara para tetua, tokoh warga keturunan dan sumber literatur dan dokumentasi pelaksanaan ritual," kata dia.
Anung berharap pola yang dilakukan pemerintah daerah tersebut diharapkan mampu membantu masyarakat dalam upaya pelestarian budaya lokal.
"Kami berharap pengumpulan data informasi ini bisa membantu upaya pelestarian budaya lokal dan masyarakat memahami makna dan nilai peringatan," kata dia.
Tradisi cheng beng di Muntok diikuti ratusan warga etnis Tionghoa dari dalam dan luar daerah.
Cheng beng merupakan salah satu upacara yang digelar untuk menghormati arwah leluhur, kerabat dan orang tua dan dilakukan secara turun temurun.
Para peziarah selama beberapa hari sebelum puncak peringatan biasanya melaksanakan bersih-bersih makam leluhur.
Pada hari peringatan, mereka berdoa di depan makam leluhur sambil memberikan rangkaian sesaji yang sudah disiapkan dari rumah masing-masing.
Sebelum ritual, makam diterangi lilin, membakar hio dan peletakan uang palsu berbahan kertas warna kuning di atas makam.
Cheng beng merupakan sebuah implementasi dari pemberian rasa hormat kepada leluhur yang bisa dimaknai sebagai sebuah bakti kepada orang tua sekaligus ajang mempererat tali persaudaraan.