Jakarta (Antara Babel) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menekankan
pentingnya disiplin etos kerja nasional dan pengawasan anggaran di
daerah, termasuk mengubah pola pikir (mindset) di tengah persaingan antar-bangsa dan negara.
"Inilah yang harus kita bangkitkan, disiplin nasional, etos kerja nasional kita yang harus kita ubah. Mindset
kita, pola pikir kita, harus kita ubah semuanya. Tidak bisa kita
seperti yang kemarin-kemarin," kata Presiden Jokowi saat membuka Rapat
Kerja Nasional Pengawasan Intern Pemerintahan 2017 di Istana Negara,
Jakarta pada Kamis.
Menurut Presiden, sejumlah negara lain telah menyusul Indonesia yang
dahulu kala menjadi pelopor sejumlah pembangunan infrastruktur dan
pendidikan.
Dia mencontohkan dahulu Indonesia mengirim guru-guru untuk membantu
membangun pendidikan di Malaysia, namun saat ini Indonesia terkalahkan
dalam sektor pendidikannya.
Kemudian, Presiden merujuk kemampuan Korea Selatan membuat kapal
selam secara mandiri, padahal Indonesia memiliki industri pembuatan
kapal laut, PT PAL, namun belum membangunnya.
Indonesia juga
pernah menjadi sebagai salah satu negara yang menjadi contoh bagi negara
lain dalam pembangunan jalan tol di Jakarta-Bogor dan Ciawi (Jagorawi)
pada 1970-an. Namun, Presiden menyatakan saat ini panjang jalan tol di
Indonesia masih kurang.
"Apa yang salah dengan kita? Hal-hal seperti ini yang akan saya
ingatkan kepada siapapun bahwa kita sekarang harus mengubah pola pikir
kita, etos kerja kita, disiplin kita kalau kita tidak mau ditinggal oleh
negara yang lain," ujar Presiden Jokowi.
Presiden juga
mengamahkan kepada para kepala desa untuk mengelola dana desa dapat
memanfaatkan secara baik dan memberikan laporan secara transparan
sekaligus efektif.
Selain itu, Presiden Jokowi mengingatkan kepada para kepala desa
untuk selalu berhati-hati dalam menggunakan anggaran yang jumlahnya
terus meningkat setiap tahunnya.
Anggaran desa pada 2015 tercatat
senilai Rp20 triliun, sementara itu pada 2016 mencapai Rp47 triliun dan
pada 2017 senilai Rp60 triliun.
"Saya titip Rp60 triliun itu bukan uang sedikit, bisa menjadikan
desa kita baik, tapi juga bisa menjadikan kepala desa itu menjadi
tersangka kalau cara-cara pengelolaannya tidak baik,"demikian Presiden
Joko Widodo.