Jakarta (Antara Babel) - Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin,
mengatakan Presiden Jokowi harus segera mengintruksikan semua unsur
intelejen untuk melakukan operasi intelijen khusus untuk mengejar dan
menangkap aktor-aktor teror di Indonesia.
"Presiden harus memberikan intruksi untuk melakukan operasi
intelijen khusus," kata Hasanuddin, dikutip dalam siaran pers di
Jakarta, Kamis.
Aparat intelijen, kata dia, harus aktif bekerja sama dengan
pemerintah daerah untuk melakukan pengawasan wilayah, terutama lokasi
yang patut dicurigai sebagai tempat persembunyian dan latihan perang
para kombatan ISIS.
"Apabila ada indikasi-indikasi yang kuat, segera kordinasi dengan
aparat keamanan untuk segera menggelar tindakan," tutur Hasanuddin, yang
purnawirawan mayor jenderal TNI AD itu.
Selain itu, kata mantan sekretaris militer presiden ini, aparat
keamanan harus aktif merazia bahan-bahan kimia yang berpotensi dijadikan
bom.
Yang tidak kalah penting menurut Hasanuddin adalah imigrasi harus
meningkatkan pengawasan terhadap warga negara asing yang masuk wilayah
Indonesia, dan juga warga negara Indonesia yang kembali ke Tanah Air
dari luar negeri.
Ia menduga aksi bom di Kampung Melayu memiliki kaitan dengan darurat
militer yang ditetapkan Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, di Pulau
Mindanao akibat baku tembak antara tentara dan kelompok ISIS, di kota
Marawi pada Selasa (23/5/).
Aksi teror itu diduga dilakukan oleh kelompok pendukung ISIS di
Indonesia untuk memunculkan eksistensinya dan mengumumkan kepada dunia
internasional bahwa ISIS ada juga di Indonesia.
Oleh karena itu, kata dia, pemberlakuan darurat militer di Pulau
Mindanao yang membuat ruang gerak ISIS semakin terbatas harus dicermati
pemerintah Indonesia.
"Khawatirnya mereka akan masuk ke Indonesia, mengingat Filipina
berbatasan langsung dengan Indonesia," ujar politikus PDIP Perjuangan
ini.
Menurut dia kelompok ISIS di Filipina memiliki korelasi yang kuat
dengan kelompok militan di Indonesia, terbukti adanya tiga WNI
terafiliasi ISIS yang tewas dalam bentrokan bersenjata melawan militer
Filipina di Pulau Mindanao pada April 2017.
Dengan adanya kedekatan itu, kata mantan Kepala Staf Garnisun DKI
Jakarta itu, akan sangat mudah bagi kelompok ISIS di Filipina untuk
mendapatkan akses untuk masuk ke Indonesia.