Jakarta (Antara Babel) - Pengembangan energi baru terbarukan (EBT)
Indonesia tertinggal oleh negara-negara G20 yang tengah melakukan
transisi menuju ekonomi rendah karbon dalam upaya mencapai target Paris
Agreement.
Hal tersebut, menurut Direktur Eksekutif Institute for Essential
Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa, pada peluncuran laporan Brown to
Green Report 2017 di Jakarta, Selasa, tertuang dalam Brown to Green
Report 2017 yang merupakan laporan tahunan ke-3 berupa evaluasi
upaya-upaya negara G20 dalam mengatasi perubahan iklim.
"Bagi Indonesia, laporan ini penting untuk menilai pencapaian kita
dibandingkan dengan negara ekonomi berkembang lainnya," katanya.
Hal positif yang dicapai Indonesia, menurut dia, adalah penurunan
subsidi BBM dalam angka yang cukup besar dari 28 miliar dolar AS
berkurang menjadi 6 miliar dolar AS, bahkan di 2017 hanya mencapai
hingga Rp30 triliun.
"Ini indikasi bahwa kita sedang berusaha mengatasi persoalan
pengunaan energi fosil yang sangat besar selama ini. Perlu strategi,
rencana dan kebijakan yang lebih progresif untuk menuju transisi sistem
energi yang rendah karbon," ujar Fabby.
Dalam laporan tersebut ia mengatakan upaya mengurangi laju
pengeluaran emisi gas rumah kaca dari sektor kehutanan dan lahan, dan
mengurangi subsidi bahan bakar fosil sejak 2015 membuat Indonesia berada
di jalur transisi menuju ekonomi rendah karbon.
Meski demikian, walau Indonesia merupakan salah satu negara G20
dengan porsi energi terbarukan yang cukup tinggi dalam bauran energi
primer, tetapi pengembangan energi terbarukan termasuk tertinggal
dibandingkan dengan negara lainnya.
Menurut Fabby, daya tarik investasi energi terbarukan Indonesia juga
buruk, sedangkan kerangka regulasi untuk energi terbarukan berada di
bawah sejumlah negara G20.
Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) Nur Masripatin mengatakan untuk "face out" energi
fosil belum bisa dilakukan sampai 2019. Setelah itu, emisi karbon akan
bisa "slow down".
Jika Badan Restorasi Gambut (BRG) berhasil menjalankan restorasi dan
KLHK berhasil mengatasi lahan terdegradasi di 2019 s.d 2020 maka
Indonesia akan bisa percaya diri mengatakan berapa angka pasti penurunan
karbon di masing-masing sektor.
Berita Terkait
PLN rancang RUPTL 75 persen pembangkit listrik EBT dan 25 persen gas
4 Juni 2024 21:18
PLN Indonesia Power penuhi kebutuhan listrik masa depan dengan EBT
6 Mei 2024 14:49
Lapangan "kerja hijau" bagi Generasi Z
6 April 2024 15:53
PLN akselerasi pengembangan EBT untuk dukung transisi energi
8 Januari 2024 14:22
Dari akselerasi EBT hingga pensiun dini PLTU, PLN berhasil jaring 14 kerja sama global dalam COP28
15 Desember 2023 10:35
Pertama di Indonesia, PLN produksi green hydrogen 100 persen dari EBT kapasitas 51 ton per tahun
10 Oktober 2023 10:54
Tradisi Rebo Kasan dan Tari Kedidi Bangka sudah tercatat dalam KIK
8 Februari 2023 17:01