Jakarta (Antara Babel) - Indonesia-European Free Trade Association -
Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE-CEPA) diharapkan segera
mencapai kesepakatan.
“Hingga saat ini sudah mencapai perundingan ke-13, yang diharapkan
agreement bisa dicapai sebelum perundingan ke-17,” kata Dirjen Ketahanan
dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Harjanto di
Jakarta, Jumat.
Harjanto menyampaikan hal itu usai mendampingi Menteri Perindustrian RI
Airlangga Hartarto bertemu dengan Menteri Ekonomi, Pendidikan dan Riset
Swiss Johann N. Schneider-Ammann beserta delegasinya di Kementerian
Perindustrian, Jakarta.
Pada kesempatan tersebut, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto
menyampaikan, Indonesia meminta pengecualian pengenaan price
compensation measures (cukai tambahan) yang cukup tinggi untuk
produk-produk makanan.
Isu lainnya, Indonesia akan memberikan regulasi yang lebih fleksibel
terkait ketentuan lisensi wajib untuk mengakomodir keinginan EFTA.
Sementara itu, dalam isu cooperation and capacity building, Indonesia
menginginkan agar kerja sama ini dapat memberikan manfaat bagi kedua
belah pihak.
Airlangga mengatakan, kedua pihak perlu mencari common interest utamanya
yang terkait dengan kerja sama yang menjadi faktor pendorong.
“Misalnya di dalam mengembangkan kemampuan ekspor, value chain di bidang
manufaktur, dan pendidikan vokasi,” lanjut Airlangga.
Terkait pendidikan vokasi industri, Menperin menegaskan, pihaknya
melalui Pusdiklat Industri dan State Secretariate of Economic Affairs of
Switzerland (SECO) sepakat melakukan pengembangan pendidikan vokasi
industri di Indonesia, termasuk rencana pembentukan 8 politeknik atau
akademi komunitas industri baru hingga tahun 2019.
“Kami telah mempersiapkan concept note dan Project Document untuk
diajukan kepada SECO, sebagai syarat awal kerja sama tersebut,”
tuturnya.
Sebelumnya, Airlangga telah mengajak sejumlah pimpinan perusahaan asal
Swiss untuk meningkatkan investasi di Indonesia sekaligus bermitra
dengan para pengusaha dalam negeri.
Hingga saat ini, industri Swiss yang telah ada di Indonesia antara lain
sektor farmasi dan kosmetika, olahan susu, makanan dan minuman, serta
permesinan.
Beberapa perusahaan Swiss yang berminat ekspansi, di antaranya PT.
Nestle Indonesia, PT. SGS Indonesia, PT. Endress+ Hauser Indonesia, PT.
Givaudan, PT. Sandmaster Asia Indonesia, PT. Roche Indonesia, PT.
Novartis Indonesia, dan PT. Syngenta Indonesia.
Hingga saat ini, sebanyak 150 perusahaan Swiss telah beroperasi di
Indonesia dengan menyerap tenaga kerja mencapai 60.000 orang.
Kemenperin mencatat, dalam empat tahun terakhir, investasi Swiss di Indonesia telah mencapai 4,5 miliar dollar AS.
Pada 2015, nilai perdagangan Indonesia-Swiss sebesar 1,7 miliar dollar
AS atau meningkat tajam sebanyak 124 persen jika dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.
Sedangkan, kinerja ekspor Indonesia ke Swiss sebesar 1,07 miliar dollar
AS dan impor Indonesia dari Swiss sekitar 0,63 miliar dollar AS.
Indonesia-Europa CEPA Diharapkan Segera Capai Kesepakatan
Jumat, 14 Juli 2017 20:14 WIB