Jakarta (Antara Babel) - Perdana Menteri Kamboja Hun Sen menyampaikan
ucapan terima kasih dan memuji peran serta kontribusi yang telah
diberikan Indonesia selama proses perdamaian dan rekonsiliasi di Kamboja
melalui Peace Paris Accord.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Hun Sen saat menerima
kunjungan Duta Besar Indonesia untuk Phonm Penh Pitono Purnomo yang akan
mengakhiri tugasnya di negara tersebut pada akhir November 2017.
"Kamboja tidak akan pernah melupakan peran dan kontribusi penting
Indonesia dalam upaya tercapainya perdamaian dan rekonsiliasi di
Kamboja," kata Hun Sen kepada Pitono seperti yang dikutip melalui siaran
pers KBRI Phnom Penh, Kamis.
Hun Sen juga menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Indonesia
serta mengharapkan bantuan Indonesia terkait nelayan Kamboja yang
bekerja di kapal penangkap ikan Thailand yang beroperasi secara illegal
di perairan Indonesia.
Lebih lanjut, Hun Sen memandang sangat penting Kerja sama RI-Kamboja
di bidang pertahanan yang selama ini telah berkembang dengan baik, yang
tidak banyak dimiliki oleh Kamboja dengan negara lain.
Selain itu, guna mendorong pengembangan hubungan bilateral
Kamboja-RI, Hun Sen mengharapkan terlaksananya kembali Sidang Komisi
Bersama (SKB) RI-Kamboja serta kunjungan balasan Presiden Indonesia ke
Kamboja, setelah ia berkunjung ke Indonesia untuk menghadiri Konferensi
Asia Afrika (KAA) April 2015 lalu.
Ia juga memandang perlu adanya penerbangan langsung dari Jakarta ke
Phnom Penh untuk meningkatkan kerja sama bidang ekonomi, pariwisata dan
hubungan antar masyarakat (people-to-people contacts).
Pada pertemuan di kantor Perdana Menteri Peace Palace yang
berlangsung hampir satu setengah jam itu, Pitono juga menyampaikan
ucapan terima kasih atas kerjasama dan hubungan baik kedua negara yang
telah terjalin dan menyampaikan penghargaan atas Kamboja dan pengaturan
saling dukung bagi pencalonan kedua negara di berbagai fora
internasional.
Di bidang ekonomi, juga terjadi peningkatan volume perdagangan
bilateral dari tahun ke tahun dan pada 2016 mencapai jumlah 450 juta
dolar AS, meski umumnya surplus berada di pihak Indonesia.
Kerjasama di bidang pertahanan juga berlangsung dengan baik,
terutama sejak penandatanganan Nota Kesepahaman pada 24 Oktober 2017.
Lebih jauh Hun Sen menyampaikan keyakinannya bahwa hubungan
bilateral Kamboja-Indonesia akan terus berkembang di berbagai bidang
karena masih banyak potensi dapat dikembangkan bagi kepentingan rakyat
kedua negara.
Kamboja, negara berpenduduk sekitar 15 juta jiwa tersebut,
berdasarkan konstitusi 1993, adalah negara kerajaan yang menganut sistem
demokrasi liberal, pluralisme dan ekonomi pasar.
Raja Kamboja menjabat sebagai Kepala Negara, tetapi tidak
memerintah. Pemerintahan dipimpin oleh Perdana Menteri dengan dibantu
oleh para menteri yang tergabung dalam Dewan Menteri (Council of Minister).
Hubungan diplomatik Indonesia dengan Kamboja telah terjalin sejak
tahun 1957 dan kedua kedua negara menandatangani Perjanjian Persahabatan
di Jakarta pada 13 Februari 1959.
Sejak 2 Juni 2010, kedua negara menandatangani persetujuan bebas
visa bagi pemegang paspor untuk kedua negara, dengan tujuan terjadinya
peningkatan hubungan antar-warga serta peningkatan interaksi yang lebih
baik dari kalangan bisnis untuk mendukung kerja sama ekonomi.
Dalam hubungan pengembangan kerja sama budaya, Kamboja bersama-sama
dengan Thailand, Laos, dan Vietnam, telah berpartisipasi dalam
serangkaian kegiatan bertajuk Cultural Heritage Tourism Cooperation-Trail of Civilization yang diselenggarakan di Yogyakarta, pada Agustus 2006.
Kerja sama tersebut merupakan upaya realisasi dari gagasan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk mengembangkan kerja sama sister temple dengan negara-negara tersebut.
Kamboja Puji Kontribusi Indonesia Dalam Proses Perdamaian Kamboja
Kamis, 9 November 2017 10:41 WIB
Kamboja tidak akan pernah melupakan peran dan kontribusi penting Indonesia dalam upaya tercapainya perdamaian dan rekonsiliasi di Kamboja,