Da Nang, Vietnam (Antara Babel) - Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan
Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull membicarakan beberapa hal
dalam pertemuan bilateral di sela-sela pertemuan Asia Pacific Economic Cooperation
(APEC) di Da Nang, termasuk di antaranya masalah pengungsian warga
Rakhine State di Myanmar dan kondisi terakhir Marawi, tempat pasukan
Filipina bertempur melawan militan pro-ISIS.
Dalam pertemuan
bilateral yang berlangsung sekitar 40 menit itu, Presiden Jokowi
didampingi oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito, Wakil Menteri
Luar Negeri Abdurrahman Mohammad Fachir, Menteri Perindustrian Airlangga
Hartanto, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong
dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
"Tadi dibicarakan beberapa
hal, di antaranya berkaitan dengan Rakhine State. PM Australia tetap
meminta Indonesia berperan aktif karena memang seperti yang diketahui
bersama, yang berkomunikasi secara langsung dengan Rakhine State adalah
Indonesia, baik presiden sendiri maupun melalui bu Menlu," kata
Sekretaris Kabinet Pramono Anung di Da Nang, Vietnam, Sabtu.
Indonesia sejak September 2017 sudah mengirimkan bantuan bagi warga
rakyat Rohingya di Rakhine State, Myanmar, yang ratusan ribu di
antaranya harus mengungsi ke perbatasan Bangladesh untuk menyelamatkan
diri dari operasi militer di tempat tinggal mereka.
Presiden Jokowi dan PM Turnbull, menurut Pramono, juga membahas kondisi terakhir Marawi setelah pasukan Filipina berhasil merebut kembali markas terakhir militan pro-ISIS, Maute, di kota itu.
"Dalam (hal) Marawi ini,
Presiden Jokowi meminta kepada Australia agar memulihkan kota Marawi
yang sekarang ini berhasil diatasi oleh Presiden Filipina," tambah
Pramono.
"Sekarang Indonesia juga akan mengirim beberapa orang Islam moderat
untuk memberikan edukasi kepada teman-teman di Marawi, karena Indonesia
dianggap sebagai big brother sehingga dengan demikian Indonesia bisa berperan serta dalam hal tersebut," katanya.
Kedua pemimpin juga bericara mengenai rencana penyelenggaraan ASEAN-Australia Summit di Australia pada bulan Maret. Menurut Pramono, Perdana Menteri Turnbull secara khusus meminta Presiden Jokowi menyampaikan pidato di hadapan para eksekutif di Australia. "Dan Presiden menyampaikan akan mempersiapkan hal tersebut," katanya.
Mereka juga membahas kesepakatan kemitraan ekonomi komprehensif antara kedua negara (Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA)."Berkaitan dengan CEPA diharapkan dapat diselesaikan pada akhir tahun ini karena sekarang sudah pertemuan ke-10 dan diharapkan pertemuan terakhir di Jakarta ini semuanya bisa diselesaikan," kata Pramono.
"Sudah mendekati finalisasi, jadi item-item tertentu yang masih sensitif sebelumnya sebenarnya sekarang sudah hampir final. Contohnya salah satunya mengenai pendidikan vokasi, apakah boleh asing atau tidak, nah itu jalan keluarnya telah diambil," katanya mengenai perkembangan perundingan Indonesia-Australia CEPA.