Muntok, 19/12 (ANTARABabel) - Tugu Duren atau monumen durian di tengah Kota Muntok, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung, seakan-akan memiliki ruhnya kembali, seiring meningkatnya produksi "raja buah" di daerah itu.
Selain meningkat produksinya, petani setempat ternyata juga memiliki buah durian lokal yang memenuhi kualifikasi pasar ekspor, tidak kalah dari durian lokal yang sudah lebih dahulu menjadi varietas unggul nasional yaitu Namlung Pataling DR-06.
"Beberapa hari lalu kami sudah menggelar kontes durian yang diikuti 62 jenis varietas durian unggul lokal dari dua kecamatan yaitu Kecamatan Jebus dan Parittiga yang hasilnya telah didapat tiga varietas masuk dalam kategori pasar ekspor," ujar Sekretaris Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bangka Barat Ahmad Yahya.
Ia mengatakan, tiga durian unggul lokal tersebut terdiri dari durian sikambang dari Dusun Kedondong, Kecamatan Jebus milik Antono, durian sidatuk dari Desa Tumbak Petar milik Tri Wahyuni dan durian sibara api dari Desa Telak milik Rusidi.
Menurut dia, tiga jenis durian varietas unggul lokal tersebut layak dijadikan buah ekspor karena memenuhi standar seperti rasa pahit 30 persen, rasa manis 70 persen, ketebalan buah lebih dari 1,5 centimeter, bentuk proporsional dan berbagai kriteria lain.
"Pertama-tama akan ajukan tiga jenis durian unggul lokal tersebut ke Balai Penelitian Buah untuk mendapatkan sertifikat pengakuan menjadi durian unggul nasional dan berstandar ekspor sehingga sehingga mudah bagi kami untuk mengembangkan pembibitannya," ujarnya.
Guna menjaring varietas durian unggul lokal dari empat kecamatan lain yaitu kecamatan Muntok, Simpang Teritip, Tempilang dan Kelapa yang saat ini belum panen jatuh, pihaknya pada awal 2013 akan melangsungkan kontes sejenis.
"Kami yakin empat kecamatan itu memiliki durian yang tidak kalah dibanding dua kecamatan yang kemarin sudah digelar kontesnya karena secara budaya daerah itu memiliki petani durian yang dikembangkan secara turun temurun," ujarnya.
Ia mengatakan, dengan memiliki potensi durian lokal berkualitas ekspor diharapkan akan berdampak pada meningkatnya kesejahteraan petani karena tidak susah memasarkan produksinya dengan harga yang lebih tinggi.
Yahya mengatakan, daerah itu sejak 2010 sudah memiliki satu durian unggul nasional yaitu durian namlung petaling DR-06 yang bibitnya sudah dikembangkan sekitar 19 ribu di seluruh Bangka Barat.
"Kami yakin durian Bangka Barat banyak jenis yang bisa dijadikan komoditas ekspor karena secara tradisi turun temurun masyarakat dan pemkab eksis mengembangkan raja buah tersebut," ujarnya.
Target Sentra Nasional
Tingginya animo masyarakat mengembangkan tanaman durian diharapkan menjadi salah satu dukungan Pemkab dalam upaya menjadikan Bangka barat menjadi sentra durian nasional.
"Bangka Barat merupakan salah satu penghasil durian terbesar dengan produksi dan produktivitas yang tinggi, hanya kalah dari Kalimantan," ujar Kepala Bidang Hortikultura, Saukani.
Ia menjelaskan, dari sisi produksi, rata-rata per tahun petani di enam kecamatan di daerah itu mencapai sekitar 1.861 ton kotor dari sebanyak 12.413 batang pohon durian produktif.
"Jumlah tersebut berdasarkan penghitungan satu pohon menghasilkan 150 kilogram durian, padahal pada kenyataannya saat ini satu batang menghasilkan antara 150 hingga 200 kilogram," kata dia.
Menurut dia, jumlah tersebut kemungkinan akan meningkat dua kali lipat tiga tahun berikutnya seiring berproduksinya bantuan bibit yang terus diberikan mulai 2007 hingga 2009.
"Berdasarkan pantauan di lapangan, saat ini ada sebanyak 24.997 batang pohon durian di seluruh Bangka Barat hasil bantuan bibit yang disalurkan, namun yang 12.584 belum memasuki masa produksi," ujarnya.
Menurut dia, jika ke depan semua pohon tersebut mulai berproduksi, ada kemungkinan produksi durian di daerah itu akan melimpah dan bisa dipasarkan ke daerah lain.
Ia mengatakan, sebagian besar durian di Bangka Barat merupakan durian unggul nasional yaitu durian namlung dengan kode DR 06 dan durian unggul lokal seperti puteri dewa, tembaga dan lainnya yang sudah bersertifikat.
"Kami yakin ke depan Bangka Barat mampu mengembalikan masa kejayaan daerah sebagai penghasil durian unggul yang banyak diminati konsumen, selain potensi perkebunan lain seperti kelapa sawit, karet dan lada," kata dia.
Menurut dia, potensi tersebut tidak akan lama bisa terwujud karena selama ini durian memiliki nilai ekonomis tinggi yang rata-rata mencapai Rp30.000 hingga Rp50.000 untuk kualitas bagus dan memiliki nama, sementara untuk ukuran kecil dan belum terkenal sekitar Rp10.000 hingga Rp15.000.
Dengan tingginya nilai ekonomis tersebut, kata dia, pemkab yakin ke depan semakin banyak petani yang mengembangkan durian, bahkan bisa juga dijadikan sebagai pekerjaan pokok karena bernilai ekonomis tinggi.
Perluasan Lahan
Pemkab pada 2013 akan memperluas kebun durian unggul dengan mengusulkan ke Pemerintah Pusat untuk membuka lahan seluas 20 hektare yang nantinya dikelola anggota kelompok tani.
Saukani mengatakan, perluasan kebun durian berupa hamparan minimal seluas dua hektare tersebut rencananya akan melibatkan kelompok tani yang sudah ada sekaligus dalam upaya memberikan tambahan penghasilan anggotanya.
Di Bangka Barat, saat ini secara keseluruhan sudah terdapat sebanyak 32.208 batang pohon durian yang tersebar di enam kecamatan, dari jumlah tersebut jika satu hektare ditanami 100 batang, maka jumlah lahan tanam raja buah tersebut saluas sekitar 322 hektare.
Ia mengatakan, pada 2011 pemkab sudah melakukan perluasan lahan tanam durian sebanyak 50 hektare dan pada tahun berikutnya seluas 30 hektare yang tersebar di seluruh kecamatan.
Dalam penyaluran bantuan bibit, kami memang memfokuskan pada bibit unggul karena jelas bibit tersebut memiliki nilai ekonomis tinggi dibanding bibit yang belum "memiliki nama", kata dia.
Pedagang Panen
Durian menjadi buah paling dicari di daerah itu, bahkan banyak pedagang luar kota yang mengambil langsung ke petani setempat, meskipun harus menunggu cukup lama, mereka tahan menunggu durian Bangka Barat karena cukup diminati konsumen dan harga jualnya lebih tinggi daripada durian daerah lain.
Nasrun mengatakan, dalam sehari bisa menjual rata-rata 150 hingga 200 buah dengan keuntungan Rp2.000 hingga Rp5.000 per buah.
Ia mengatakan, sering mendapat pesanan dari pembeli yang meminta jenis tertentu dan sanggup membayar tinggi.
"Kami juga melayani penjualan borongan, misalnya enam buah Rp100.000 untuk ukuran kecil," kata dia.
Meskipun dijual dengan harga tinggi, namun katanya durian yang dibawanya hampir selalu habis diserbu para pembeli yang berasal dari kota tersebut dan warga luar daerah yang kebetulan lewat.
Ia mengatakan, daerah itu memang sudah lama terkenal sebagai penghasil durian berkualitas bagus, bahkan banyak pedagang dari luar daerah mengambil durian lokal langsung ke sejumlah petani sampai ke pelosok desa.
"Untuk harga durian kualitas bagus harganya sangat tinggi, meskipun konsumen mengambil langsung dari petani, namun jika lewat kami biasanya harga sedikit miring, petani tahu mana pedagang asli dan bukan," ujarnya.
Tingginya harga durian di daerah itu, dibenarkan Saukani. Ia mencontohkan, pada saat dilakukan kontes durian di Jebus beberapa waktu lalu, harga jual sikambang yang dinobatkan sebagai juara I bisa menembus harga Rp350.000 per butir yang dibeli langsung oleh penggemar usai kontes.
Tingginya minat konsumen membeli durian lokal, kata dia, menjadi kendala tersendiri bagi para pelaku usaha makanan olahan berbahan baku durian seperti perajin tempoyak dan dodol durian.
"Kami pernah mengadakan program peningkatan keterampilan masyarakat untuk mengelola durian menjadi makanan olahan, namun program tersebut tidak berjalan karena masyarakat kesulitan mendapatkan bahan bakunya yang sudah habis dibeli konsumen dalam bentuk buah segar," ujarnya.
Ia mengatakan, durian lokal Bangka Barat jika dinilai rasanya, masih jauh lebih unggul dibanding durian Malaysia dan Thailand, namun dari segi ketebalan dan bentuknya masih kalah karena durian lokal masih dikembangkan secara alami, bukan rekayasa genetika seperti dua negara penghasil durian tersebut.
Meskipun demikian, ia yakin ke depan pangsa pasar akan bergeser dari dua negara tetangga itu ke pasar Indonesia, karena konsumen luar negeri sudah banyak yang memilih durian yang memiliki cita rasa dan bentuk alami dibanding durian hasil rekayasa.
"Durian Indonesia semakin diminati konsumen luar negeri karena memenuhi standar pasar dan memiliki rasa khas dan pas dengan selera lidah Eropa. Ini peluang yang harus segera ditangkap petani lokal," ujarnya.