Jakarta (Antaranews Babel) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy di Jakarta, Jumat, meminta maaf kepada pihak-pihak yang mengalami kesulitas selama pelaksanaan ujian nasional berbasis komputer (UNBK).
"Saya meminta maaf kalau ada beberapa kalangan yang merasa mengalami kesulitan yang tidak bisa ditoleransi. Dengan ini, saya janji bahwa akan kami benahi. Tetapi mohon maklum bahwa ujian nasional kita dari waktu ke waktu harus semakin sulit untuk mengejar ketertinggalan kita," kata Muhadjir usai menemui Wakil Presiden Jusuf Kalla di Istana Wakil Presiden Jakarta, Jumat.
Muhadjir menjelaskan kualitas pendidikan Indonesia masih lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara di kawan Asia dan Asia Tenggara. Oleh karena itu, Kemendikbud berusaha untuk memperbarui sistem pendidikan, termasuk di antaranya adalah meningkatkan standar kualitas ujian nasional.
Berdasarkan hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA), tingkat kualitas siswa Indonesia tergolong rendah, menurut Muhadjir.
PISA merupakan sistem ujian dari Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) untuk mengevaluasi sistem pendidikan dari 72 negara di seluruh dunia.
"Karena sesuai hasil PISA, kita sangat rendah. Ketika PISA rendah, kami (Kemendikbud) disalahkan; tapi ketika kami menaikkan standar membuat siswa sulit, kami juga salah. Tapi saya rasa kita terus mendorong anak-anak kita semakin berkualitas dengan meningkatkan standar ujian nasional kita," jelas Muhadjir.
Pelaksanaan UNBK tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yang berlangsung pada 10 - 13 April mendapat kritik dari sejumlah siswa karena soal-soalnya dianggap sulit dan tidak sesuai dengan pelajaran yang diterima di sekolah.
Selain soal mata pelajaran matematika, yang dianggap tidak sesuai kisi-kisi, siswa juga mengelukan mengenai penggunaan metode esai dan analisa dalam UNBK.
Federasi Serikat Guru Indonesia menemukan kondisi di mana soal matematika dalam Ujian Nasional Berbasis Komputer menjadi soal yang banyak dikeluhkan siswa karena terlalu sulit dan tidak sesuai dengan kisi-kisi.
Keluhan soal Matematika terutama Matematika IPS tersebut terkait dengan jumlah dan cakupan materi tidak sesuai kisi-kisi, tidak sesuai dengan cakupan materi di simulasi UN dan uji coba UN, dan tidak sesuai kaidah penyusunan soal yang baik.
Soal Trigonometri banyak keluar enam soal padahal di kisi-kisi hanya dua soal. Selain itu, soal isian singkat banyak soal yang tidak sama, ada yang empat ada yang lima ada yang tiga, kata Slamet.