Pasukan gabungan TNI menggelar latihan penanggulangan terorisme di Ancol, Jakarta, Selasa, untuk menguji kesiapsiagaan pasukan dalam menghadapi potensi teror.
"Latihan penanggulangan terorisme TNI tahun 2019 ini dimaksudkan untuk menguji kesiapsiagaan pasukan-pasukan khusus TNI yang terdiri atas Sat-81 Gultor Kopassus TNI AD, Denjaka TNI AL dan Sat Bravo 90 Korpaskhas TNI AU," tutur Komandan Korps Marinir TNI Angkatan Laut (AL) Mayjen TNI (Mar) Suhartono usai pelatihan.
Suhartono menjelaskan, pelatihan yang melibatkan lebih dari 500 personel itu dimulai dengan latihan gladi posko satu, yakni latihan perencanaan sebelum melakukan manuver di lapangan.
Salah satu yang dilatih dalam posko satu adalah mekanisme perencanaan yang diawali dengan kegiatan hubungan antara komandan dan staf.
"Mulai dari menerima direktif dari pimpinan, kemudian analisis tugas, sampai merencanakan rencana manuver dengan melihat berbagai macam situasi dan kondisi di lapangan," kata Suhartono.
Simulasi itu juga menguji pasukan menemukan alternatif dan cara-cara bertindak yang mungkin digunakan saat menghadapi ancaman teror.
Ia mencontohkan, alternatif yang dapat digunakan dalam simulasi adalah jalur udara dengan helikopter, jalur darat dengan mobil khusus dan jalur laut dengan jetski.
Setelah perencanaan, simulasi berlanjut dengan gladi lapangan berupa menjalankan rencana yang disusun staf untuk diimplementasikan di lapangan.
"Di sini kami uji kemampuan teknis dan taktis dari semua elemen yang terlibat di situ," ucap Suhartono.
Kemudian untuk penyelesaian sasaran, masing-masing pasukan mempunyai kriteria yang berbeda-beda, tergantung tantangan yang dihadapi, misalnya jumlah teroris dan musuh, sandera, situasi di ruangan dan di lapangan.
"Pasukan ini bisa digerakan setiap saat atas perintah Panglima TNI apabila ada kasus-kasus yang sebenarnya," tutur Suhartono.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019
"Latihan penanggulangan terorisme TNI tahun 2019 ini dimaksudkan untuk menguji kesiapsiagaan pasukan-pasukan khusus TNI yang terdiri atas Sat-81 Gultor Kopassus TNI AD, Denjaka TNI AL dan Sat Bravo 90 Korpaskhas TNI AU," tutur Komandan Korps Marinir TNI Angkatan Laut (AL) Mayjen TNI (Mar) Suhartono usai pelatihan.
Suhartono menjelaskan, pelatihan yang melibatkan lebih dari 500 personel itu dimulai dengan latihan gladi posko satu, yakni latihan perencanaan sebelum melakukan manuver di lapangan.
Salah satu yang dilatih dalam posko satu adalah mekanisme perencanaan yang diawali dengan kegiatan hubungan antara komandan dan staf.
"Mulai dari menerima direktif dari pimpinan, kemudian analisis tugas, sampai merencanakan rencana manuver dengan melihat berbagai macam situasi dan kondisi di lapangan," kata Suhartono.
Simulasi itu juga menguji pasukan menemukan alternatif dan cara-cara bertindak yang mungkin digunakan saat menghadapi ancaman teror.
Ia mencontohkan, alternatif yang dapat digunakan dalam simulasi adalah jalur udara dengan helikopter, jalur darat dengan mobil khusus dan jalur laut dengan jetski.
Setelah perencanaan, simulasi berlanjut dengan gladi lapangan berupa menjalankan rencana yang disusun staf untuk diimplementasikan di lapangan.
"Di sini kami uji kemampuan teknis dan taktis dari semua elemen yang terlibat di situ," ucap Suhartono.
Kemudian untuk penyelesaian sasaran, masing-masing pasukan mempunyai kriteria yang berbeda-beda, tergantung tantangan yang dihadapi, misalnya jumlah teroris dan musuh, sandera, situasi di ruangan dan di lapangan.
"Pasukan ini bisa digerakan setiap saat atas perintah Panglima TNI apabila ada kasus-kasus yang sebenarnya," tutur Suhartono.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2019