Jakarta (Antara Babel) - Perhimpunan Bank-Bank Nasional (Perbanas) menilai perbankan nasional ketinggalan dua langkah dari Malaysia terutama setelah negeri jiran itu mengumumkan mega merger tiga bank yakni CIMB, RHB Capital, dan Malaysia Building Society.
Ketua Umum Perbanas Sigit Pramono di Jakarta Minggu mengatakan, perbankan Malaysia konsisten terus-menerus memperkuat dan membesarkan industri perbankannya sejak krisis ekonomi Asia tahun 1997 lalu hingga kini.
Dalam pengumumannya kepada regulator, ketiga bank tersebut sepakat melakukan mega merger yang akan melahirkan bank keempat terbesar di Asia Tenggara.
"Malaysia membuktikan mereka mampu melakukan konsolidasi perbankan pada saat krisis Asia dan di saat normal seperti sekarang," katanya.
Sigit menilai dalam jangka pendek, mega merger yang dilakukan ketiga bank Malaysia itu tidak berpengaruh signifikan terhadap Indonesia. Namun dalam jangka panjang hal tersebut mendukung pertumbuhan non organik.
"Sejak dulu Malaysia konsisten mengurangi jumlah bank mereka. Inilah salah satu strategi negeri itu menghadapi pasar bebas Asean," ujar Sigit.
Sigit berharap, pemerintahan terpilih nanti bisa melaksanakan konsolidasi perbankan yang sudah merupakan kebutuhan mendesak. Untuk itu, Perbanas akan mengusulkan cetak biru perbankan.
Menurut Sigit, cetak biru perbankan diperlukan sebagai arah pengembangan perbankan nasional ke depannya.
"Pasar bebas Asean sudah di depan mata, kita harus segera melakukan konsolidasi perbankan. Bank Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia saja sekarang baru masuk urutan ke delapan di Asean," kata Sigit.
Menurut New Straits Times, entitas bank hasil mega merger tersebut akan memiliki total aset sebesar 614 miliar ringgit (183,1 miliar dolar AS atau setara Rp2.123,96 triliun), mengalahkan aset Maybank sebesar 578 miliar ringgit.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014
Ketua Umum Perbanas Sigit Pramono di Jakarta Minggu mengatakan, perbankan Malaysia konsisten terus-menerus memperkuat dan membesarkan industri perbankannya sejak krisis ekonomi Asia tahun 1997 lalu hingga kini.
Dalam pengumumannya kepada regulator, ketiga bank tersebut sepakat melakukan mega merger yang akan melahirkan bank keempat terbesar di Asia Tenggara.
"Malaysia membuktikan mereka mampu melakukan konsolidasi perbankan pada saat krisis Asia dan di saat normal seperti sekarang," katanya.
Sigit menilai dalam jangka pendek, mega merger yang dilakukan ketiga bank Malaysia itu tidak berpengaruh signifikan terhadap Indonesia. Namun dalam jangka panjang hal tersebut mendukung pertumbuhan non organik.
"Sejak dulu Malaysia konsisten mengurangi jumlah bank mereka. Inilah salah satu strategi negeri itu menghadapi pasar bebas Asean," ujar Sigit.
Sigit berharap, pemerintahan terpilih nanti bisa melaksanakan konsolidasi perbankan yang sudah merupakan kebutuhan mendesak. Untuk itu, Perbanas akan mengusulkan cetak biru perbankan.
Menurut Sigit, cetak biru perbankan diperlukan sebagai arah pengembangan perbankan nasional ke depannya.
"Pasar bebas Asean sudah di depan mata, kita harus segera melakukan konsolidasi perbankan. Bank Mandiri sebagai bank terbesar di Indonesia saja sekarang baru masuk urutan ke delapan di Asean," kata Sigit.
Menurut New Straits Times, entitas bank hasil mega merger tersebut akan memiliki total aset sebesar 614 miliar ringgit (183,1 miliar dolar AS atau setara Rp2.123,96 triliun), mengalahkan aset Maybank sebesar 578 miliar ringgit.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2014