Keterbatasan di tengah belenggu pandemi COVID-19 tidak menyurutkan para pegiat seni di Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, memenuhi panggilan berkesenian, saling bergotong royong dan bekerja bersama menggelar Pertunjukan Wayang Strip dengan lakon Taber Gunong.
"Pementasan ini kami dedikasikan, salah satunya untuk kawan-kawan garda depan penanganan pandemi COVID-19, seperti para tenaga kesehatan, tim gabungan Satgas COVID-19, relawan dan lainnya yang selama ini telah memberikan pengorbanan luar biasa untuk penanganan dan pengendalian bencana yang sedang berlangsung," kata Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Bangka Barat Bambang Haryo Suseno.
Mengangkat lakon Taber Gunong dalam pementasan merupakan sebuah pilihan tepat sebagai pengingat kepada seluruh penonton agar patuh pada berbagai larangan demi keselamatan bersama.
"Selain melalui tema lakon yang dipentaskan, pertunjukan dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan, bahkan kami sengaja tidak mengundang penonton hadir di lokasi, penonton kami ajak menyaksikan melalui siaran langsung atau live streaming dan rekaman yang yang kami unggah melalui youtube https://youtu.be/z6QSfWWgprI," katanya.
Taber Gunong
"Taber Gunong" merupakan sebuah ritual rangkaian dari pesta adat yang masih ada dan dilaksanakan secara turun temurun hingga saat ini di sejumlah dusun atau desa di Kabupaten Bangka Barat yang masih kental dengan budaya adat dan tradisi.
Taber Gunong dilaksanakan secara rutin, biasanya setahun sekali sebagai bentuk rasa syukur atas berbagai rahmat, keselamatan, kebahagiaan dan kemudahan dalam berusaha yang diberikan Sang Pencipta sekaligus untuk meminta kesehatan, keselamatan dan kesempatan bekerja di tahun berikutnya.
Dalam setiap prosesi "Taber Gunong" masyarakat diingatkan untuk menjalankan beberapa kewajiban dan tidak melanggar larangan yang sudah dilisankan secara turun temurun agar desa atau dusun diberikan keselamatan dan kesejahteraan sepanjang tahun.
Berbagai larangan atau pantangan hukumnya wajib dihindari karena jika dilanggar bisa mengakibatkan bahaya, tidak hanya bagi pelaku, namun bagi seluruh penduduk.
Merefleksi dari pantang larang yang dipatuhi warga dusun atau desa secara turun temurun tersebut, Taber Gunong muncul sebagai sebuah ide dan gagasan untuk dilakonkan melalui sebuah pertunjukan.
"Saat ini kita juga diwajibkan patuh pada pantang larangan yang terbitkan pemerintah dalam bentuk protokol kesehatan agar kita bisa selamat dari virus corona jenis baru," kata pegiat seni teater Wachid Adnan.
Wachid yang dipercaya menjadi penulis naskah sekaligus sutradara Pertunjukan Wayang Strip menangkap berbagai fenomena yang terjadi selama berlangsungnya pandemi COVID-19.
"Lakon Taber Gunong ini mengingatkan kita untuk patuh dalam menjalankan protokol kesehatan seperti yang dilakukan penduduk mematuhi pantangan atau larangan dalam setiap rangkaian prosesi adat Taber Gunong," katanya.
Melalui pementasan itu masyarakat diajak bersama-sama berusaha, memohon dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selamat dari wabah.
Pementasan yang mendapatkan dukungan penuh dari Dewan Kesenian Bangka Barat tersebut digelar di panggung terbuka Kampuseni Mentok dengan melibatkan sejumlah seniman dari disiplin bidang seni lain.
Kolaborasi dengan para seniman rupa cukup terasa dalam pementasan tersebut, tercermin dengan pola tata artistik dan properti pentas yang digunakan.
"Kami sengaja mementaskan lakon Taber Gunong dengan media Wayang Strip sebagai upaya menerjemahkan semangat komik strip ke dalam penciptaan pementasan wayang kontemporer dengan melibatkan kolaborasi pekerja seni rupa dan seni pertunjukan," kata Wachid.
Kelahiran Wayang Strip
Pada mulanya pandemi COVID-19 yang terjadi, memaksa orang berada di rumah saja yang memunculkan kebiasaan baru untuk bersinggungan dengan media WhatsApp, Facebook, Instagram dan media sosial lain sebagai alat berkomunikasi yang aman, murah dan cepat.
Dalam media sosial itu sering dijumpai fitur-fitur yang memiliki ciri serba cepat, ringkas, padat, dan jika dicermati sudah tampak sebagai sebuah gagasan utuh.
"Berbagai peristiwa tersebut mengilhami salah satu seniman rupa melahirkan Wayang Strip sebagai sarana berkreasi mengisi waktu dengan keluarga agar #dirumahsaja menjadi tidak membosankan," kata Wachid.
Seni pertunjukan wayang yang biasanya membutuhkan durasi panjang diringkas menjadi lebih pendek digabungkan dengan mengambil semangat komik strip.
Komik strip merupakan sebuah komik ringkas yang lahir dari kolom-kolom surat kabar harian, biasanya terdiri dari beberapa gambar dan dianggap selesai kisah yang disampaikan hanya dalam beberapa potong gambar sebagai satu kesatuan cerita utuh.
Dari hasil penggabungan tersebut diolah dalam bentuk pementasan Wayang Strip lakon Taber Gunong sebagai bentuk respons penggiat seni pertunjukan karena keinginan menghidupkan tokoh wayang dengan suara dan visual di atas panggung
"Dalam pertimbangan kami, Pertunjukan Wayang Strip merupakan pilihan tepat sebagai media untuk menggabungkan seni pertunjukan dengan seni rupa, dari komik yang dikreasikan menjadi sebuah wayang sebagai bagian dalam pertunjukan," katanya.
Ide tersebut muncul dikarenakan ingin menghidupkan tokoh dengan suara dan juga visual yang bisa dipegang sehingga tercipta Wayang Strip yang menghasilkan rangkaian cerita yang dikuatkan dengan audio dari dalang.
"Kelahiran Wayang Strip merupakan sebuah respons dari belenggu pandemi," katanya.
Merawat semangat berkesenian
Pertunjukan Wayang Strip dengan lakon Taber Gunong merupakan sebuah pertunjukan kerja bersama lintas bidang seni sebagai salah satu upaya merawat semangat berkesenian.
Pementasan Wayang Strip yang melibatkan pegiat seni lintas bidang dan menurut Ketua Dewan Kesenian Bangka Barat Bambang Haryo Suseno, pementasan kali ini merupakan sebuah sejarah proses berkesenian di Bangka Barat yang tradisinya adalah sebuah kerja budaya dengan melibatkan banyak bantuan dari para pelaku dan pegiat seni.
"Pementasan kali ini juga merupakan salah satu bukti yang dilakukan bersama-sama, mulai dari persiapan, penggarapan hingga akhir berkat kerja keras dan ketulusan kawan-kawan yang terlibat," katanya.
Kerja budaya yang dilakukan dalam pementasan wayang strip terlaksana atas kerja keras Wachid Adnan dan kawan-kawan yang menggarap naskah dan pemeranan dibantu keluarga besar Kampuseni Mentok, dibantu penggarapan musik oleh Dayni, Dika dan Karin.
Dalam hal artistik, pementasan tersebut juga didukung penuh dari kawan-kawan pegiat seni rupa antara lain, Raden Donatus, Anung Nungser, Davit Ongol, dan dokumentasi dikerjakan Silo Sandro, Ijun, serta kru panggung dikerjakan Dili dan kawan-kawan.
"Kerja bersama dan kolektivitas ini merupakan salah satu bukti bahwa kesenian di Bangka Barat selalu didukung, hidup nyata lahir dari sedekah para pemilik hati dan seniman-seniman yang ada di daerah ini," katanya.
Bambang berharap pertunjukan Wayang Strip bisa menjadi magnet baru bagi masyarakat dan perlu dijaga serta diapresiasi sebagai sebuah ketulusan dalam bekerja berkesenian.
Keseriusan para seniman di daerah itu dalam berkarya yang dikemas dalam bentuk pertunjukan itu sengaja digelar dengan pola virtual karena pementasan dilaksanakan di tengah pandemi COVID-19 supaya aktivitas berkesenian terutama seni pertunjukan tetap bisa menyapa seluruh penonton dan memberikan kebahagiaan bagi orang banyak.
"Persembahkan pementasan wayang strip ini merupakan sebuah kebanggaan untuk kebaikan dan kebahagiaan, meskipun kita masih dalam suasana pandemi COVID-19," kata Bambang.
Pimpinan Produksi Wayang Strip, Wak Joko Hadi Purnomo mengatakan, pementasan kali ini sengaja dipersembahkan meskipun di tengah fisik yang masih terbelenggu pandemi COVID-19, namun proses berkesenian harus tetap berjalan, muncul dan menumbuhkan geliat dan semangat baru.
"Sejatinya ide dan gagasan akan pementasan wayang strip muncul dalam belenggu pandemi COVID-19, dalam proyek art from home Dewan Kesenian Bangka Barat. Raden Donatus memulai kelahiran wayang strip," kata Wak Joko.
Wayang strip mulai tumbuh menjadi geliat baru dalam berkesenian penting untuk disemangati dan penting untuk terus menghidupkan api energi yang perlu selalu dijaga.
Persembahan Wayang Strip dengan lakon Taber Gunong karya Adnan Wachid dimainkan oleh Nabila Khoirunisa, Monika Anggraini, Iksan Jeriko, Muhammad Albadri, Nabila dan Firdaus berkolaborasi dengan para penari Kampuseni Mentok, yaitu Alana Putri, Chinta Dwi Cahyana, F Mesya Ammara.
Peristiwa seni diharapkan bisa menjadi sebuah cermin yang menyadarkan pentingnya menjaga nilai-nilai budaya lokal, baik dalam hal kepatuhan maupun semangat sekaligus menjaga kecintaan dalam berkesenian.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2021
"Pementasan ini kami dedikasikan, salah satunya untuk kawan-kawan garda depan penanganan pandemi COVID-19, seperti para tenaga kesehatan, tim gabungan Satgas COVID-19, relawan dan lainnya yang selama ini telah memberikan pengorbanan luar biasa untuk penanganan dan pengendalian bencana yang sedang berlangsung," kata Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Bangka Barat Bambang Haryo Suseno.
Mengangkat lakon Taber Gunong dalam pementasan merupakan sebuah pilihan tepat sebagai pengingat kepada seluruh penonton agar patuh pada berbagai larangan demi keselamatan bersama.
"Selain melalui tema lakon yang dipentaskan, pertunjukan dilaksanakan dengan menerapkan protokol kesehatan, bahkan kami sengaja tidak mengundang penonton hadir di lokasi, penonton kami ajak menyaksikan melalui siaran langsung atau live streaming dan rekaman yang yang kami unggah melalui youtube https://youtu.be/z6QSfWWgprI," katanya.
Taber Gunong
"Taber Gunong" merupakan sebuah ritual rangkaian dari pesta adat yang masih ada dan dilaksanakan secara turun temurun hingga saat ini di sejumlah dusun atau desa di Kabupaten Bangka Barat yang masih kental dengan budaya adat dan tradisi.
Taber Gunong dilaksanakan secara rutin, biasanya setahun sekali sebagai bentuk rasa syukur atas berbagai rahmat, keselamatan, kebahagiaan dan kemudahan dalam berusaha yang diberikan Sang Pencipta sekaligus untuk meminta kesehatan, keselamatan dan kesempatan bekerja di tahun berikutnya.
Dalam setiap prosesi "Taber Gunong" masyarakat diingatkan untuk menjalankan beberapa kewajiban dan tidak melanggar larangan yang sudah dilisankan secara turun temurun agar desa atau dusun diberikan keselamatan dan kesejahteraan sepanjang tahun.
Berbagai larangan atau pantangan hukumnya wajib dihindari karena jika dilanggar bisa mengakibatkan bahaya, tidak hanya bagi pelaku, namun bagi seluruh penduduk.
Merefleksi dari pantang larang yang dipatuhi warga dusun atau desa secara turun temurun tersebut, Taber Gunong muncul sebagai sebuah ide dan gagasan untuk dilakonkan melalui sebuah pertunjukan.
"Saat ini kita juga diwajibkan patuh pada pantang larangan yang terbitkan pemerintah dalam bentuk protokol kesehatan agar kita bisa selamat dari virus corona jenis baru," kata pegiat seni teater Wachid Adnan.
Wachid yang dipercaya menjadi penulis naskah sekaligus sutradara Pertunjukan Wayang Strip menangkap berbagai fenomena yang terjadi selama berlangsungnya pandemi COVID-19.
"Lakon Taber Gunong ini mengingatkan kita untuk patuh dalam menjalankan protokol kesehatan seperti yang dilakukan penduduk mematuhi pantangan atau larangan dalam setiap rangkaian prosesi adat Taber Gunong," katanya.
Melalui pementasan itu masyarakat diajak bersama-sama berusaha, memohon dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa agar selamat dari wabah.
Pementasan yang mendapatkan dukungan penuh dari Dewan Kesenian Bangka Barat tersebut digelar di panggung terbuka Kampuseni Mentok dengan melibatkan sejumlah seniman dari disiplin bidang seni lain.
Kolaborasi dengan para seniman rupa cukup terasa dalam pementasan tersebut, tercermin dengan pola tata artistik dan properti pentas yang digunakan.
"Kami sengaja mementaskan lakon Taber Gunong dengan media Wayang Strip sebagai upaya menerjemahkan semangat komik strip ke dalam penciptaan pementasan wayang kontemporer dengan melibatkan kolaborasi pekerja seni rupa dan seni pertunjukan," kata Wachid.
Kelahiran Wayang Strip
Pada mulanya pandemi COVID-19 yang terjadi, memaksa orang berada di rumah saja yang memunculkan kebiasaan baru untuk bersinggungan dengan media WhatsApp, Facebook, Instagram dan media sosial lain sebagai alat berkomunikasi yang aman, murah dan cepat.
Dalam media sosial itu sering dijumpai fitur-fitur yang memiliki ciri serba cepat, ringkas, padat, dan jika dicermati sudah tampak sebagai sebuah gagasan utuh.
"Berbagai peristiwa tersebut mengilhami salah satu seniman rupa melahirkan Wayang Strip sebagai sarana berkreasi mengisi waktu dengan keluarga agar #dirumahsaja menjadi tidak membosankan," kata Wachid.
Seni pertunjukan wayang yang biasanya membutuhkan durasi panjang diringkas menjadi lebih pendek digabungkan dengan mengambil semangat komik strip.
Komik strip merupakan sebuah komik ringkas yang lahir dari kolom-kolom surat kabar harian, biasanya terdiri dari beberapa gambar dan dianggap selesai kisah yang disampaikan hanya dalam beberapa potong gambar sebagai satu kesatuan cerita utuh.
Dari hasil penggabungan tersebut diolah dalam bentuk pementasan Wayang Strip lakon Taber Gunong sebagai bentuk respons penggiat seni pertunjukan karena keinginan menghidupkan tokoh wayang dengan suara dan visual di atas panggung
"Dalam pertimbangan kami, Pertunjukan Wayang Strip merupakan pilihan tepat sebagai media untuk menggabungkan seni pertunjukan dengan seni rupa, dari komik yang dikreasikan menjadi sebuah wayang sebagai bagian dalam pertunjukan," katanya.
Ide tersebut muncul dikarenakan ingin menghidupkan tokoh dengan suara dan juga visual yang bisa dipegang sehingga tercipta Wayang Strip yang menghasilkan rangkaian cerita yang dikuatkan dengan audio dari dalang.
"Kelahiran Wayang Strip merupakan sebuah respons dari belenggu pandemi," katanya.
Merawat semangat berkesenian
Pertunjukan Wayang Strip dengan lakon Taber Gunong merupakan sebuah pertunjukan kerja bersama lintas bidang seni sebagai salah satu upaya merawat semangat berkesenian.
Pementasan Wayang Strip yang melibatkan pegiat seni lintas bidang dan menurut Ketua Dewan Kesenian Bangka Barat Bambang Haryo Suseno, pementasan kali ini merupakan sebuah sejarah proses berkesenian di Bangka Barat yang tradisinya adalah sebuah kerja budaya dengan melibatkan banyak bantuan dari para pelaku dan pegiat seni.
"Pementasan kali ini juga merupakan salah satu bukti yang dilakukan bersama-sama, mulai dari persiapan, penggarapan hingga akhir berkat kerja keras dan ketulusan kawan-kawan yang terlibat," katanya.
Kerja budaya yang dilakukan dalam pementasan wayang strip terlaksana atas kerja keras Wachid Adnan dan kawan-kawan yang menggarap naskah dan pemeranan dibantu keluarga besar Kampuseni Mentok, dibantu penggarapan musik oleh Dayni, Dika dan Karin.
Dalam hal artistik, pementasan tersebut juga didukung penuh dari kawan-kawan pegiat seni rupa antara lain, Raden Donatus, Anung Nungser, Davit Ongol, dan dokumentasi dikerjakan Silo Sandro, Ijun, serta kru panggung dikerjakan Dili dan kawan-kawan.
"Kerja bersama dan kolektivitas ini merupakan salah satu bukti bahwa kesenian di Bangka Barat selalu didukung, hidup nyata lahir dari sedekah para pemilik hati dan seniman-seniman yang ada di daerah ini," katanya.
Bambang berharap pertunjukan Wayang Strip bisa menjadi magnet baru bagi masyarakat dan perlu dijaga serta diapresiasi sebagai sebuah ketulusan dalam bekerja berkesenian.
Keseriusan para seniman di daerah itu dalam berkarya yang dikemas dalam bentuk pertunjukan itu sengaja digelar dengan pola virtual karena pementasan dilaksanakan di tengah pandemi COVID-19 supaya aktivitas berkesenian terutama seni pertunjukan tetap bisa menyapa seluruh penonton dan memberikan kebahagiaan bagi orang banyak.
"Persembahkan pementasan wayang strip ini merupakan sebuah kebanggaan untuk kebaikan dan kebahagiaan, meskipun kita masih dalam suasana pandemi COVID-19," kata Bambang.
Pimpinan Produksi Wayang Strip, Wak Joko Hadi Purnomo mengatakan, pementasan kali ini sengaja dipersembahkan meskipun di tengah fisik yang masih terbelenggu pandemi COVID-19, namun proses berkesenian harus tetap berjalan, muncul dan menumbuhkan geliat dan semangat baru.
"Sejatinya ide dan gagasan akan pementasan wayang strip muncul dalam belenggu pandemi COVID-19, dalam proyek art from home Dewan Kesenian Bangka Barat. Raden Donatus memulai kelahiran wayang strip," kata Wak Joko.
Wayang strip mulai tumbuh menjadi geliat baru dalam berkesenian penting untuk disemangati dan penting untuk terus menghidupkan api energi yang perlu selalu dijaga.
Persembahan Wayang Strip dengan lakon Taber Gunong karya Adnan Wachid dimainkan oleh Nabila Khoirunisa, Monika Anggraini, Iksan Jeriko, Muhammad Albadri, Nabila dan Firdaus berkolaborasi dengan para penari Kampuseni Mentok, yaitu Alana Putri, Chinta Dwi Cahyana, F Mesya Ammara.
Peristiwa seni diharapkan bisa menjadi sebuah cermin yang menyadarkan pentingnya menjaga nilai-nilai budaya lokal, baik dalam hal kepatuhan maupun semangat sekaligus menjaga kecintaan dalam berkesenian.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2021