Dalam rangka meningkatkan mutu pedagogik para dosen di lingkungan Universitas Bangka Belitung (UBB), Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) UBB dengan menggandeng Universitas Sebelas Maret atau yang lebih dikenal dengan UNS, secara intensif menggelar Pelatihan Pengembangan Keterampilan Dasar dan Teknik Intruksional (PEKERTI) dan Applied Approach (AA), selama satu minggu ke depan.

"PEKERTI dan AA ini diselenggarakan pada waktu bersamaan, yakni dibuka hari ini, Senin tanggal 14 Juni. Hanya saja kalau kegiatan AA ditutup pada tanggal 18 Juni, sementara PEKERTI pada tanggal 19 Juni," ungkap M. Jumnahdi, Ketua LP3M UBB.

Total dosen di lingkungan UBB yang mengikuti dua kegiatan ini adalah 69 orang. 31 dosen mengikuti AA, dan 38 lainnya menjadi peserta kegiatan PEKERTI.

"Para dosen yang menjadi peserta di kegiatan AA, syaratnya terlebih dahulu sudah mengikuti pelatihan PEKERTI. Sebab, pelatihan PEKERTI ini bisa disebut sebagai pemupukan skill dasar mengajar, sementara AA adalah tahap lanjutannya," tambah Jumnahdi.

Jumnahdi menegaskan bahwa, kepatuhan terhadap protokol kesehatan COVID-19 adalah suatu keharusan bagi para dosen UBB dan para narasumber dari UNS, Solo.

Sejak beberapa tahun belakangan, UBB memang selalu menggandeng UNS dalam penyelenggaraan pelatihan PEKERTI dan AA ini. 

"UNS sudah beberapa gelombang ini menjadi mentor. Periode berikutnya, saya meminta agar narasumbernya dikombinasikan dengan beberapa dosen UBB yang nilainya tertinggi ketika mengikuti PEKERTI dan AA pada gelombang sebelumnya," terang, Ibrahim (Rektor UBB) saat memberi sambutan pada acara pembukaan PEKERTI dan AA.

Dalam sambutannya, Ibrahim juga menegaskan, era disrupsi teknologi dan informasi yang terjadi saat ini, menjadi tantangan besar bagi dosen, karena para mahasiswa bisa belajar dari media manapun dengan mudah dan cepat. 

"Ini menutut para dosen juga untuk beradaptasi cepat juga. Kalau dosen tetap mepertahankan pola konvensional yang semata-mata hanya merujuk ke buku cetak, maka itu menjadi problem. Apalagi dosen yang memposisikan dirinya sebagai sosok yang lebih powerful dan maha benar bagi mahasiswa, itu berbahaya," ujar Ibrahim.

Ibrahim menambahkan, kadangkala pengalaman masa lalu dosen itu bisa menjadi dosa, ketika masa lalu itu menjadi penghambat. Padahal, untuk sekarang, dosen itu harusnya memposisikan diri sebagai fasilitator bulan tutor bagi para mahasiswa," ujarnya.

Pewarta: Elza Elvia

Editor : Adhitya SM


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2021