Sungailiat (Antara Babel) - Wakil Bupati Bangka, Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Rustamsyah mengajak seluruh lapisan masyarakat di daerahnya terus melestarikan budaya "Nujuh Jerami" sebagai kekayaan daerah.
"Upacara adat Nujuh Jerami sebagai adat budaya bangsa harus terus dilestarikan seiring dengan perkembangan zaman yang bergerak maju," katanya pada ritual adat Nujuh Jerami di Pejem, Gunung Muda Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Selasa.
Ia menyebutkan, setiap daerah memiliki adat istiadat serta budaya yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut merupakan suatu pontensi kekayaan alam Indonesia yang tidak dimiliki oleh bangsa lain di dunia.
"Perkembangan zaman saya akui sangat berpengaruh besar terhadap kurangnya rasa cinta terhadap budaya sendiri, terutama di kalangan generasi muda karena kalah bersaing dengan budaya lainnya yang dianggap lebih cocok dengan kondisi sekarang. Tapi kita harus ingat bahwa budaya sendiri harus tetap lestari," katanya.
Pemerintah Kabupaten Bangka, kata wabup, berkomitmen terus meningkatkan infrastruktur dan pembangunan lainnya sehingga mempermudah akses masyarakat menjangkau suatu daerah yang memiliki potensi budaya.
"Hal penting lainnya dalam upacara adat yang dilangsungkan oleh masyarakat adalah terciptanya kekuatan dan kekompakan masyarakat atau terjalinnya tali persaudaraan seutuhnya karena pengunjung berasal dari berbagai daerah," kata dia.
Ritual adat Nujuh Jerami yang digelar masyarakat di kecamatan itu dimaknai sebagai perwujudan rasa syukur setelah panen padi. Upacara diawali dengan menggotong lesung atau sebuah kayu yang dilubangi untuk menumbuk padi dan dibawa ke depan rumah salah satu tokoh adat.
Lesung itu kemudian dialasi dengan daun terung asam dan selanjutnya oleh tokoh adat disembur dengan "bonglai" atau air yang sudah dibacakan doa.
Selanjutnya sejumlah padi dimasukkan ke dalam lesung lalu ditumbuk sebanyak tujuh kali, kemudian sebagian padi diambil dan ditampi tujuh kali untuk memisahkan butir padi dengan sekam.
Beras hasil tumbukan tadi itu kemudian dimasak sampai mendidih, sedangkan sekam disebarkan di jalan depan rumah yang dipercayai dapat mengusir makhluk halus.
Sebelum nasi yang dimasak tadi dimakan bersama, terlebih dahulu diletakkan di salah satu tempat bersama dengan telur rebus.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015
"Upacara adat Nujuh Jerami sebagai adat budaya bangsa harus terus dilestarikan seiring dengan perkembangan zaman yang bergerak maju," katanya pada ritual adat Nujuh Jerami di Pejem, Gunung Muda Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Selasa.
Ia menyebutkan, setiap daerah memiliki adat istiadat serta budaya yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut merupakan suatu pontensi kekayaan alam Indonesia yang tidak dimiliki oleh bangsa lain di dunia.
"Perkembangan zaman saya akui sangat berpengaruh besar terhadap kurangnya rasa cinta terhadap budaya sendiri, terutama di kalangan generasi muda karena kalah bersaing dengan budaya lainnya yang dianggap lebih cocok dengan kondisi sekarang. Tapi kita harus ingat bahwa budaya sendiri harus tetap lestari," katanya.
Pemerintah Kabupaten Bangka, kata wabup, berkomitmen terus meningkatkan infrastruktur dan pembangunan lainnya sehingga mempermudah akses masyarakat menjangkau suatu daerah yang memiliki potensi budaya.
"Hal penting lainnya dalam upacara adat yang dilangsungkan oleh masyarakat adalah terciptanya kekuatan dan kekompakan masyarakat atau terjalinnya tali persaudaraan seutuhnya karena pengunjung berasal dari berbagai daerah," kata dia.
Ritual adat Nujuh Jerami yang digelar masyarakat di kecamatan itu dimaknai sebagai perwujudan rasa syukur setelah panen padi. Upacara diawali dengan menggotong lesung atau sebuah kayu yang dilubangi untuk menumbuk padi dan dibawa ke depan rumah salah satu tokoh adat.
Lesung itu kemudian dialasi dengan daun terung asam dan selanjutnya oleh tokoh adat disembur dengan "bonglai" atau air yang sudah dibacakan doa.
Selanjutnya sejumlah padi dimasukkan ke dalam lesung lalu ditumbuk sebanyak tujuh kali, kemudian sebagian padi diambil dan ditampi tujuh kali untuk memisahkan butir padi dengan sekam.
Beras hasil tumbukan tadi itu kemudian dimasak sampai mendidih, sedangkan sekam disebarkan di jalan depan rumah yang dipercayai dapat mengusir makhluk halus.
Sebelum nasi yang dimasak tadi dimakan bersama, terlebih dahulu diletakkan di salah satu tempat bersama dengan telur rebus.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015