Pangkalpinang (Antara Babel) - Petani sayur mayur di Kelurahan Ketapang, Kota Pangkapinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung terancam gagal panen karena ketersediaan air semakin berkurang selama musim kemarau.

"Selama musim kemarau ini kami harus menyirami tanaman sayur mayur tiga kali sehari yaitu pagi, siang dan sore hari, jika tidak maka sayur akan layu dan akhirnya mati," kata salah seorang petani di Ketapang, Udin di Pangkalpinang, Minggu.

Cuaca panas yang disertai angin kencang, kata dia, mengakibatkan air sumur dan kolam ikan cepat  mengering sehingga pasokan air untuk tanaman sayur semakin kurang dan terancam gagal panen.

"Terkadang kami harus mencari air di kolong atau bekas tambang timah untuk menyiram sayur," katanya.

Ia mengaku tidak lagi memelihara ikan lele dan nila karena air kolam yang sudah mengering.

"Bulan lalu saya tidak lagi memelihara ikan karena air kolam yang terus menyusut dan ikan banyak yang mati akibat cuaca panas," ujarnya.

Demikian juga Pudin, petani sayur mayur lainnya yang mengatakan sebagian daun sayur sudah mulai menguning karena kekurangan pupuk dan air.

"Diperkirakan panen kacang panjang, sawi dan kangkung akan berkurang drastis karena tamanan sudah terserang penyakit," katanya.

Menurut dia selama musim kemarau ini petani sulit memupuk tanaman karena terkendala air.

"Untuk memupuk tanaman harus ada air, jika tidak maka tanah semakin kering dan akhirnya tanaman mati," katanya.

Ia berharap hujan segera turun agar petani bisa melakukan pemupukan tanaman yang sudah kerdil karena kekurangan pupuk dan air.

"Jika hujan tidak turun, maka kami akan rugi besar karena tidak bisa memanen sayur mayur ini, sementara modal pengelolaan lahan sayur cukup tinggi," katanya.

Pewarta: Aprionis

Editor : Rustam Effendi


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2015