Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, telah membangun dua embung pada 2022 untuk mengatasi kekeringan lahan pertanian saat musim kemarau.
"Embung ini berfungsi untuk menampung suplai air hujan, sebagai air cadangan yang bisa digunakan petani saat terjadi musim kemarau," kata Bupati Bangka Tengah Algafry Rahman di Koba, Babel, Senin.
Bupati menjelaskan kedua embung pertanian itu berlokasi di Kecamatan Namang dan Kecamatan Lubuk Besar.
"Keberadaan embung ini sangat dibutuhkan petani yang menanam tanaman hortikultura tanpa irigasi atau hanya mengandalkan tadah hujan," katanya.
Kepala Dinas Pertanian Bangka Tengah Sajidin mengatakan pembangunan dua embung tersebut menghabiskan biaya Rp240 juta yang bersumber dari APBN.
"Embung itu dibangun di areal pertanian yang dikelola secara berkelompok untuk memudahkan dalam penjagaan, pengelolaan dan pemanfaatannya," ujarnya.
Menurut dia, embung ini selain untuk air cadangan juga untuk meningkatkan kualitas air, menjaga kualitas air tanah, mencegah banjir, estetika, hingga pengairan.
"Perkiraan kami satu embung itu bisa mengairi sekitar puluhan hektare lahan pertanian dan itu dibangun dengan sistem jaringan saling terhubung," katanya.
Dengan demikian, kata dia, pengairan air jadi merata saat embung itu difungsikan pada musim kemarau.
"Jadi tidak ada istilah tidak kebagian air, hanya saja embung itu harus dijaga dan dirawat jangan sampai terjadi endapan lumpur," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022
"Embung ini berfungsi untuk menampung suplai air hujan, sebagai air cadangan yang bisa digunakan petani saat terjadi musim kemarau," kata Bupati Bangka Tengah Algafry Rahman di Koba, Babel, Senin.
Bupati menjelaskan kedua embung pertanian itu berlokasi di Kecamatan Namang dan Kecamatan Lubuk Besar.
"Keberadaan embung ini sangat dibutuhkan petani yang menanam tanaman hortikultura tanpa irigasi atau hanya mengandalkan tadah hujan," katanya.
Kepala Dinas Pertanian Bangka Tengah Sajidin mengatakan pembangunan dua embung tersebut menghabiskan biaya Rp240 juta yang bersumber dari APBN.
"Embung itu dibangun di areal pertanian yang dikelola secara berkelompok untuk memudahkan dalam penjagaan, pengelolaan dan pemanfaatannya," ujarnya.
Menurut dia, embung ini selain untuk air cadangan juga untuk meningkatkan kualitas air, menjaga kualitas air tanah, mencegah banjir, estetika, hingga pengairan.
"Perkiraan kami satu embung itu bisa mengairi sekitar puluhan hektare lahan pertanian dan itu dibangun dengan sistem jaringan saling terhubung," katanya.
Dengan demikian, kata dia, pengairan air jadi merata saat embung itu difungsikan pada musim kemarau.
"Jadi tidak ada istilah tidak kebagian air, hanya saja embung itu harus dijaga dan dirawat jangan sampai terjadi endapan lumpur," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2022