Ketua Badan Pengelolaan, Pengembangan dan Pemasaran Lada (BP3L) Kepulauan Bangka Belitung Rafki Hariska menyatakan petani lada di Kepulauan Babel banyak beralih profesi menjadi penambang timah dan berkebun sawit, karena harga lada putih yang rendah.

"Saat ini banyak petani lada menjadi petani sawit dan penambang timah karena harga lada di pasaran yang kurang begitu bagus," kata Rafki Hariska di Pangkalpinang, Jumat.

Ia mengatakan dalam menyemangati petani untuk kembali bertanam lada ini diperlukan upaya bersama memperbaiki tata niaga lada, guna menaikkan harga lada di putih di pasar lokal, nasional dan internasional.

"Kami sudah menemui Penjabat Gubernur Babel untuk membahas masalah tata niaga lada ini, agar petani kembali semangat bertanam lada," ujarnya.

Menurut dia dalam menaikkan harga lada putih ini, BP3L juga telah berkoordinasi dengan Kementerian Perdagangan dan International Pepper Community (IPC) yang menjadi pintu bagi para pembeli di luar negeri sebagai patokan dalam membeli lada asal Babel.

"Kami berharap upaya ini dapat membuat Bangka Belitung menjadi penentu harga lada di Indonesia. Kalau di negara lain seperti Malaysia, India, Brazil sudah punya, sementara Indonesia belum, padahal Babel sebagai pemilik lada terbaik di dunia," ujarnya.

Penjabat Gubernur Kepulauan Babel Suganda Pandapotan Pasaribu mengatakan segera pelaku usaha lada untuk membahas tata niaga lada.

"Untuk mencapai tujuan ini, setiap pihak wajib berkumpul serta berdiskusi bersama dan menurunkan ego dalam mengedepankan kepentingan masing-masing," katanya.

Pewarta: Aprionis

Editor : Bima Agustian


COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023