Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Republik Indonesia Moeldoko menandatangani dan mendeklarasikan sagu sebagai pangan berkelanjutan dan pengembangan hutan lahan basah dalam rangka menuju Indonesia Net Zero 2060.
"Sagu ini sebagai solusi minimum dalam memenuhi kebutuhan pangan lokal," kata Moeldoko seusai penandatanganan dan deklarasi sagu sebagai pangan berkelanjutan di Kawasan Kampung Reklamasi PT Timah Tbk di Kelurahan Air Jangkang, Bangka, Selasa.
Ia menyatakan kebutuhan ekspor sagu ini luar biasa dan dunia saat ini menunggu ekspor sagu Indonesia ini. "Dari sisi pengolahan sagu ini belum maksimal sehingga perlu alat untuk meningkatkan produksi dan ekspor sagu ini," ujarnya.
Menurut dia kebutuhan pasar dunia sagu ini luar biasa sehingga merupakan peluang yang sangat baik. "Sebesar 90 persen tanaman sagu ada di Indonesia, namun kita berada di urutan keempat ekspor sagu dunia," katanya.
Menurut dia pangsa pasar terbesar ekspor sagu Indonesia adalah Jepang karena negara ini sangat senang dengan sagu Indonesia.
"Kami berharap dengan deklarasi dan komitmen bersama pemerintah daerah, PT Timah Tbk dan instansi terkait lainnya di Provinsi Kepulauan Babel ini dapat mempercepat sagu sebagai pangan berkelanjutan dan mewujudkan Indonesia Net Zero 2060," katanya.
Ia mengatakan sagu juga bisa menjadi alternatif saat menghadapi krisis pangan global, karena sagu memiliki kandungan yang sangat baik khususnya untuk mengurangi angka stunting.
Moeldoko mengungkapkan sagu memiliki banyak manfaat, sehingga perlu disosialisasikan agar menjadi komoditas pangan yang bisa menjadi salah satu alternatif yang perlu dipertimbangkan oleh konsumen dan produsen.
Baca juga: KSP Moeldoko inginkan potensi sagu Babel jadi alternatif pangan
Baca juga: KSP Moeldoko canangkan sejuta tanam sagu di Kampung Reklamasi Timah
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023
"Sagu ini sebagai solusi minimum dalam memenuhi kebutuhan pangan lokal," kata Moeldoko seusai penandatanganan dan deklarasi sagu sebagai pangan berkelanjutan di Kawasan Kampung Reklamasi PT Timah Tbk di Kelurahan Air Jangkang, Bangka, Selasa.
Ia menyatakan kebutuhan ekspor sagu ini luar biasa dan dunia saat ini menunggu ekspor sagu Indonesia ini. "Dari sisi pengolahan sagu ini belum maksimal sehingga perlu alat untuk meningkatkan produksi dan ekspor sagu ini," ujarnya.
Menurut dia kebutuhan pasar dunia sagu ini luar biasa sehingga merupakan peluang yang sangat baik. "Sebesar 90 persen tanaman sagu ada di Indonesia, namun kita berada di urutan keempat ekspor sagu dunia," katanya.
Menurut dia pangsa pasar terbesar ekspor sagu Indonesia adalah Jepang karena negara ini sangat senang dengan sagu Indonesia.
"Kami berharap dengan deklarasi dan komitmen bersama pemerintah daerah, PT Timah Tbk dan instansi terkait lainnya di Provinsi Kepulauan Babel ini dapat mempercepat sagu sebagai pangan berkelanjutan dan mewujudkan Indonesia Net Zero 2060," katanya.
Ia mengatakan sagu juga bisa menjadi alternatif saat menghadapi krisis pangan global, karena sagu memiliki kandungan yang sangat baik khususnya untuk mengurangi angka stunting.
Moeldoko mengungkapkan sagu memiliki banyak manfaat, sehingga perlu disosialisasikan agar menjadi komoditas pangan yang bisa menjadi salah satu alternatif yang perlu dipertimbangkan oleh konsumen dan produsen.
Baca juga: KSP Moeldoko inginkan potensi sagu Babel jadi alternatif pangan
Baca juga: KSP Moeldoko canangkan sejuta tanam sagu di Kampung Reklamasi Timah
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2023