Sungailiat (Antara Babel) - Para petani di Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mulai memanen lada putih dan mereka sangat senang karena harga komoditas tersebut di pasaran mencapai Rp130 ribu per kilogram.
"Alhamdulillah, setelah tiga tahun merawat tanaman lada, akhirnya kami mulai memanen biji lada yang sudah matang," kata Hasan salah seorang petani lada di Desa Sempan, Kabupaten Bangka, Senin.
Ia mengatakan untuk saat ini panen lada hanya dilakukan anggota keluarga saja dan belum membutuhkan pekerja luar atau mengupah orang lain, karena baru sebagian buah lada yang sudah matang.
"Jika buah lada sudah masak semua, maka kita akan mengupah orang lain untuk memetik lada tersebut," katanya.
Menurut dia kalau memakai jasa pemetik hasil panen upahnya sesuai dengan kesepakatan antara pemilik kebun dengan pekerja, ada yang mengunakan sistem harian dan sistem per karung.
"Semua aturan itu dibuat berdasarkan musyawarah, kalau harian biasanya diupah sebesar Rp80 hingga Rp100 ribu per hari," katanya.
Ia mengatakan buah lada yang baru dipetik akan direndam dalam air selama satu minggu, selanjutnya dicuci kemudian baru dijemur.
"Setelah kering lada baru bisa dijual pedagang pengumpul lada di pasar," katanya.
Demikian juga, Toni petani lada lainnya mengatakan sudah memanen lada di kebunnya, karena buah lada sudah matang dan harus dipanen.
"Jika tidak dipanen, maka akan mempengaruhi kualitas lada yang akan berkurang, pada akhirnya harga jual lada akan berkurang," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016
"Alhamdulillah, setelah tiga tahun merawat tanaman lada, akhirnya kami mulai memanen biji lada yang sudah matang," kata Hasan salah seorang petani lada di Desa Sempan, Kabupaten Bangka, Senin.
Ia mengatakan untuk saat ini panen lada hanya dilakukan anggota keluarga saja dan belum membutuhkan pekerja luar atau mengupah orang lain, karena baru sebagian buah lada yang sudah matang.
"Jika buah lada sudah masak semua, maka kita akan mengupah orang lain untuk memetik lada tersebut," katanya.
Menurut dia kalau memakai jasa pemetik hasil panen upahnya sesuai dengan kesepakatan antara pemilik kebun dengan pekerja, ada yang mengunakan sistem harian dan sistem per karung.
"Semua aturan itu dibuat berdasarkan musyawarah, kalau harian biasanya diupah sebesar Rp80 hingga Rp100 ribu per hari," katanya.
Ia mengatakan buah lada yang baru dipetik akan direndam dalam air selama satu minggu, selanjutnya dicuci kemudian baru dijemur.
"Setelah kering lada baru bisa dijual pedagang pengumpul lada di pasar," katanya.
Demikian juga, Toni petani lada lainnya mengatakan sudah memanen lada di kebunnya, karena buah lada sudah matang dan harus dipanen.
"Jika tidak dipanen, maka akan mempengaruhi kualitas lada yang akan berkurang, pada akhirnya harga jual lada akan berkurang," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bangka Belitung 2016